Seoul, (ANTARA News) - Korea Utara (Korut) telah menembakkan dua rudal jarak-dekat ke wilayah perairan internasional di Laut Kuning, sebagai bagian dari pelatihan rutin militer, demikian laporan kantor berita Korea Selatan (Korsel), lapor kantor berita Yonhap, yang mengutip satu sumber pertahanan, Rabu. Penembakan rudal ke perairan yang menghubungkan China itu terjadi di tengah upaya tegang guna menyelamatkan kesepakatan perlucutan nuklir, yang terancam ambruk akibat pertikaian mengenai pengabsahan program nuklir yang diumumkan Korut. "Kami mengetahui bahwa Korut menembakan dua rudal ke Laut Kuning pada sore hari tanggal 7 (Oktober)," kata sumber yang tak disebutkan jatidirinya tersebut sebagaimana dikutip Yonhap. "Kelihatannya rudal itu ditembakkan sebagai bagian dari pelatihan rutin," katanya. Yonhap menyatakan itu adalah penembakan rudal pertama oleh Korut sejak Maret. "Korut telah menetapkan zona di luar batas bagi kapal di Laut Kuning sebelum negara tersebut menembakkan rudal," kata sumber itu. "Korut tampaknya telah menembakkan rudal KN-02, atau Styx, ke perairan internasional dari perairan Korea Utara," katanya. Pelatihan itu dilakukan menyusul laporan pekan lalu bahwa Korut telah meningkatkan tempat peluncuran rudal di pantai timurnya dalam persiapan untuk melakukan uji-coba rudal baru jarak-jauh. Korut membuat terkejut tetangganya dengan melakukan uji-coba rudal Taepodong-1 dari tempat peluncuran Musudan-ri di pantai timurnya pada 1998 hingga melewati Jepang. Pyongyang melakukan uji-coba penembakan rudal Taepodong-2 dari tempat yang sama pada 2006, tapi rudal tersebut gagal. Peluncuran rudal paling akhir itu dilakukan setelah perunding utama nuklir AS Christopher Hill mengunjungi Pyongyang pekan lalu guna berusaha menyelamatkan kesepakatan perlucutan senjata enam negara. Korut menahan diri dari rencana pengabsahan yang dilontarkan AS yang dilaporkan menyeru negara komunis tertutup tersebut untuk memberi akses ke instalasi nuklir yang diduga tak diumumkannya dan mengizinkan pemeriksa mengambil contoh barang. Pyongyang menerima persetujuan bantuan-bagi-perlucutan-nuklir pada Februari 2007, hanya beberapa bulan setelah melakukan uji-coba senjata nuklir. Negara tersebut menutup kompleks nuklir Yongbyonnya pada Juli tahun lalu dan mulai melucutinya pada November. Dan pada Juni, negara itu menyerahkan deklarasi mengenai kegiatan nuklir kepada China. Namun sekarang, Korut marah karena AS gagal menanggapi dengan menghapuskan negara tersebut dari daftar hitam terorisme, sebagaimana ditetapkan berdasarkan persetujuan itu. Pyongyang menyatakan akan segera memulai kegiatan untuk memulai kembali instalasi pemrosesan-ulang plutonium. Sebelum penghapusan dari daftar hitam dilakukan, AS menuntut Korut menyetujui prosedur pemeriksaan guna menjamin negara itu memberitahu yang sebenarnya dalam pernyataannya. Korut menyatakan pengabsahan bukan bagian dari tahap kesepakatan saat ini, dan menuduh Washington mengupayakan "penggeledahan rumah" ala-Irak untuk menemukan bahan atom.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008