Yogyakarta (ANTARA News) - Para pegawai keraton (abdi dalem) Keraton Kasultanan dan Keraton Pakualaman Yogyakarta bersama ribuan warga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu malam melakukan ritual berjalan sambil membisu mengelilingi beteng keraton. Kegiatan ritual budaya tersebut dimaksudkan guna memantapkan langkah demi keselamatan dan kelestarian Kasultanan dan Pakualaman Yogyakarta untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para abdi dalem keraton dan warga masyarakat yang mengenakan busana khas yaitu baju `pranakan` (pakaian adat keraton) itu, memulai ritual tersebut dengan upacara serta doa bersama di Pagelaran Keraton Kasultanan Yogyakarta. Pada upacara yang dipimpin Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Condrokusumo itu, wakil dari keraton menyerahkan sejumlah panji berupa bendera yang menjadi simbol dari masing-masing kabupaten/kota se DIY kepada para perwakilan abdi dalem termasuk dari lima daerah tingkat II se provinsi ini. Ritual budaya `mubeng beteng` dengan membisu di tengah hujan gerimis, malam itu, menempuh jarak sekitar lima kilometer. Diawali dari Pagelaran Keraton Kasultanan berjalan ke barat, kemudian ke selatan dan ke timur, selanjutnya ke utara dan ke barat lagi hingga berakhir di tempat semula yaitu Pagelaran Keraton Kasultanan Yogyakarta. Menurut salah seorang anggota panitia kegiatan ini, Projo Haryono, dibutuhkan waktu sekitar satu setengah jam untuk mengelilingi beteng keraton dalam acara ritual tersebut. Kegiatan itu terkait dengan keberadaan Keraton Kasultanan dan Keraton Pakualaman Yogyakarta dalam konteks `keistimewaan` Provinsi DIY yang belakangan ini kembali menjadi perbincangan banyak kalangan, sehubungan dengan Rancangan Undang-undang (RUU) Keistimewaan DIY yang masih dibahas DPR RI dan pemerintah pusat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008