Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore, anjlok hampir mencapai Rp10.000 per dolar AS, karena pelaku pasar panik dan segera memburu dolar AS setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan suspensi perdagangan. "Kepanikan pasar merupakan faktor utama yang menekan rupiah hampir mendekati Rp10.000 per dolar AS akibat perburuan dolar AS oleh pelaku pasar," kata Direktur Utama PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Jumat. Nilai tukar rupiah merosot tajam menjadi Rp9.860/9.970 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.595/9.627 atau melemah 265 poin. Dikatakannya, pasar regional yang panik merupakan penyebab utama keruntuhan rupiah, namun posisi rupiah yang hampir mencapai angka Rp10.000 per dolar AS dinilai wajar. Emosi pasar terhadap dolar AS saat ini yang sangat tinggi sulit diayomi. Jadi Kepanikan itu hanya dapat diikuti saja, karena sulit diatasi, katanya. Kondisi ini, lanjut dia, mengakibatkan Bank Indonesia (BI) membiarkan rupiah diserahkan kepada pasar sehingga mata uang Indonesia terus terpuruk. "Kami optimis BI akan tetap menjaga tidak melepas begitu saja rupiah itu, dan pada saat tertentu akan melakukan intervensi untuk mengurangi tekanan pasar yang cukup besar," ucapnya. Pemerintah juga masih mengevaluasi perkembangan bursa saham regional dan internasional sebelum memutuskan kembali perdagangan saham di BEI. Keputusan pemerintah untuk tetap menutup perdagangan saham di BEI sangat tepat karena pengaruh negatif atas perkembangan di bursa regional dan internasional masih tinggi, ucapnya. Pemerintah diperkirakan akan terus mengevaluasi hingga pasar mereda dan bursa kembali dibuka. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008