Banda Aceh, (ANTARA News) - Penghargaan Nobel Perdamaian kepada Martti Ahtisaari disambut baik Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). "Warga di Aceh telah merasakan perdamaian setelah kesepakan damai (MoU) antara Pemerintah RI dengan pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005 yang dimediasi Martti Ahtisaari," kata Ketua DPR Aceh, Sayed Fuad Zakaria kepada ANTARA di Banda Aceh, Jumat. Menurut dia, wajar jika masyarakat Aceh dan Indonesia umumnya mengucapkan terima kasih kepada mantan Presiden Finlandia itu sehingga perdamaian di provinsi ujung paling barat Indonesia terjalin sampai hari ini. "Dengan pemberian Nobel tersebut, maka dunia juga telah mengakui perdamaian di Aceh. Suasana Aceh damai dibawah bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga kini masih kita rasakan," tambah dia. Komite Nobel memilih Ahtisaari dari 197 calon penerima Nobel Perdamaian, sebagai penerima hadiah sebesar 1,4 juta dolar atas "usaha-usaha pentingnya, di berbagai benua dan selama tiga puluh tahun, untuk menyelesaikan konflik-konflik internasional." Ahtisaari, Presiden Finlandia pada tahun 1994 hingga 2000, punya karier diplomatik mulai dari Afrika hingga kawasan Balkan. Dia sudah bertahun-tahun menjadi favorit pemenang Nobel. Sayed Fuad juga berharap seluruh komponen masyarakat agar menjadikan momentum pemberian Nobel perdamaian kepada Martti Ahtisaari untuk memperkuat dan melanggengkan damai di provinsi berpenduduk sekitar 4,2 juta jiwa tersebut. "Secara intern, masyarakat Indonesia khususnya Aceh harus terus mendorong agar perdamaian di Aceh bisa abadi," kata Ketua DPRD Aceh. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008