London (ANTARA News) - Harga minyak tenggelam di bawah 80 dolar per barel pekan ini dan berbagai komoditas terpukul oleh jatuhnya pasar saham global, namun emas menikmati keuntungan akibat statusnya sebagai taruhan yang aman saat ekonomi sedang bergejolak. "Prospek yang memburuk bagi pertumbuhan dunia kini mengarah pada koreksi tajam pada harga berbagai komoditas," tulis para analis Deutsche Bank dalam laporan riset mereka kepada nasabah. Namun demikian, logam-logam beharga merupakan tempat yang bersinar, karena para investor mencari perlindungan bagi uang tunai mereka dari tumbangnya pasar saham. Harga minyak mentah anjlok ke rekor terendah dalam setahun terakhir Jumat, pada posisi 75 dolar di London, di tengah rontoknya bursa saham global yang memicu kecemasan atas permintaan akan energi, kata para pedagang. Badan Energi Internasional (IEA) juga memperingatkan bahwa ancaman resesi dan krisis finansial yang berlangsung saat ini akan mengikis permintaan minyak dan menyebabkan mundurnya investasi di berbagai lapangan minyak baru. Harga minyak mentah Brent Laut Utara merosot hingga ke posisi 75 dolar per barel, seperti yang pernah terjadi pada 12 Oktober 2007, ketika para pedagang memberi respon atas ulangan bergugurannya pasar saham dunia. Harga minyak light sweet yang menjadi patokan pasar New York jatuh ke posisi terendah dalam setahun ini di level 78,61 dolar per barel. Dalam sepekan ini saja, harga minyak telah anjlok sebesar 14 dolar. Perlindungan yang aman Harga emas terus menggeliat, memperlihatkan kekuatannya sebagai tempat berlindung yang aman dari berbagai gejolak. "Dalam suasana seperti ini, fundamental berupa permintaan dan penawaran bukan masalah yang besar," kata Peter Fertig, analis dari Dresdner Kleinwort, kepada AFP. "Banyak investor memandang emas sebagai satu-satunya perahu penyelamat di laut yang bergelora." Di pasar London, harga emas melonjak menjadi 900,50 dolar per ons, padahal pada penutupan Jumat pada sepekan sebelumnya harganya masih 828 dolar. Logam berharga berwarna kekuningan-kuningan itu, yang biasanya digunakan untuk membuat permata, dimanfaatkan dalam kedokteran gigi dan elektronika, tetap di bawah rekor tertingginya 1.032,70 dolar per ons, yang dicapai pada 17 Maret, empat hari setelah berhasil menembus angka psikologis 1.000 dolar untuk pertama kalinya. (*)

Copyright © ANTARA 2008