Jakarta (ANTARA News) - PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk segera mengaji ulang rencana pembangunan satelit Telkom-3 dan dampak dari krisis keuangan global adalah pertimbangan utamanya. Direktur Utama PT Telkom Rinaldi Firmansyah di Jakarta Sabtu menegaskan, krisis global belum berpengaruh besar terhadap kinerja Telkom, namun pihaknya harus menjalankan antisipasi dengan mengkaji sejumlah bisnis terutama yang bukan bisnis inti. Pembangunan satelit Telkom-3 sedianya segera ditenderkan dan semula dijadwalkan sudah beroperasi 2011. Satelit Telkom-3 yang memiliki 48 unit transponder dianggarkan menelan biaya hingga 200 juta dolar AS. Sekitar 30 hingga 40 persen (sekitar 14 transponder) akan dikomersialkan, sedangkan sisanya 60 persen atau 24 unit untuk menambah kapasitas layanan Telkom. Proyek itu akan didanai dari kas internal perusahaan, bagian dari anggaran belanja modal (capex) tahunan. Satelit Telkom-3 akan dibangun untuk meningkatnya kebutuhan transponder terkait pengembangan layanan Telkom Grup, di antaranya penyediakan saluran teresterial, dan keperluan koneksi jaringan serat optik. "Tender memang sudah direncanakan namun belum dilaksanakan, sehingga masih sangat dimungkinkan untuk ditunda dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian," katanya. Mengenai program pemerintah menekan dampak buruk krisis global dengan mendorong BUMN menjalankan buy back (pembelian kembali) sahamnya di bursa, Rinaldi menyatakan Telkom secara rutin telah menjalankan program tersebut. "Program `buy back` sedang berlangsung dan mendapat persetujuan dari pemegang saham selama 18 bulan," katanya. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 19 September 2008 menyetujui Telkom akan melakukan program "buyback" senilai Rp3 triliun. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008