Brisbane (ANTARA News) - Ribuan orang Indonesia di sejumlah negara bagian di Australia terancam kehilangan hak pilih dalam Pemilu 2009 jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) tetap berpegang pada masa pendaftaran calon pemilih hingga akhir Oktober 2008 di tengah kompleksitas kondisi luar negeri. "Saya khawatir akan ada ribuan calon pemilih yang tidak sempat mendaftar sampai akhir Oktober, padahal masalah kita di luar negeri lebih kompleks dari Tanah Air. Saya pikir perlu ada tambahan waktu pendaftaran," kata Sekretaris I/Konsul Bagian Kekonsuleran KJRI Sydney, Edy Wardoyo, Kamis. Edy mengatakan, kondisi pendaftaran calon pemilih di Tanah Air relatif lebih mudah berkat lengkapnya perangkat RT/RW di tingkat kelurahan, sedangkan di luar negeri, termasuk KJRI Sydney yang membawahi wilayah tugas demikian luas dengan populasi warga negara Indonesia yang besar, jumlah staf sangat terbatas. Wilayah tugas KJRI Sydney tidak bisa disamakan dengan--misalnya--Canberra yang jumlah calon pemilihnya sangat kecil. Di New South Wales, Queensland dan Australia Selatan, tiga negara bagian yang menjadi tanggungjawab KJRI Sydney, terdapat sekitar 30 ribu orang WNI. Kekhawatiran Edy Wardoyo pada nasib calon pemilih muncul setelah beberapa mahasiswa Indonesia di Adelaide, Australia Selatan, menanyakan masalah batas waktu pendaftaran hingga akhir Oktober 2008. Edy mengatakan, pihaknya sudah mendata, ada setidaknya 16.370 orang WNI yang memiliki hak memilih dalam Pemilu 2009 di tiga negara bagian itu. Jumlah ini masih sangat mungkin bertambah karena pihaknya masih memproses sedikitnya seribu orang WNI lain yang baru melapor diri. Dibandingkan hasil pendataan Pemilu 2004, hasil pendataan KJRI Sydney untuk Pemilu 2009 mengalami peningkatan yang sangat signifikan, katanya. Dalam pendataan calon pemilih untuk Pemilu 2004, jumlah WNI yang berhasil didata hanya 8.000 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 3.600 orang di antaranya menggunakan hak pilih. Berdasarkan pengalaman Pemilu 2004, berarti jumlah mereka yang datang ke tempat pemungutan suara (TPS) kurang dari 50 persen. "Saya optimis jumlah WNI yang memilih akan meningkat tajam," katanya. Peningkatan tajam jumlah WNI yang berpotensi memiliki hak pilih dalam Pemilu 2009 itu tidak terlepas dari intensifnya pencatatan dan pendataan yang dilakukan di tiga negara bagian yang masuk wilayah administratif KJRI Sydney itu. Dari 16.370 orang WNI yang sudah terdata, sebanyak sekitar 1.500 orang di antaranya tinggal di Queensland, sekitar 650 orang di Australia Selatan dan sisanya berdomisili di New South Wales. Namun diperlukan kerja sama yang baik dari seluruh calon pemilih. Sebagai contoh, jika mereka pindah alamat tempat tinggal, KJRI meminta mereka segera menyampaikan alamat baru sehingga surat undangan memilih yang akan dikirim PPLN kepada mereka melalui pos dapat mereka terima. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008