Sepertinya Presiden Donald Trump mendapatkan kesepakatan perdagangan tepat waktu untuk Natal
New York (ANTARA) - Harga minyak naik ke posisi tertinggi dalam hampir tiga bulan pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena investor menyambut kemajuan dalam penyelesaian sengketa perdagangan AS-China dan hasil pemilihan umum yang menentukan di Inggris.

Washington dan Beijing mengumumkan perjanjian "fase satu" yang mengurangi beberapa tarif AS sebagai imbalan atas pembelian barang-barang pertanian Amerika oleh Tiongkok.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari bertambah 1,02 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 65,22 dolar AS per barel. Sementara itu minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari naik 0,89 dolar AS atau 1,5 persen menjadi menetap pada 60,07 dolar AS.

Kedua kontrak berakhir pada posisi tertingginya sejak 16 September, naik sedikit di atas satu persen selama seminggu.

China telah setuju untuk membeli 32 miliar dolar AS produk pertanian AS tambahan selama dua tahun sebagai bagian dari pakta perdagangan fase satu, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kepada wartawan pada Jumat (13/12/2019), menambahkan kesepakatan akan ditandatangani pada minggu pertama Januari.

Baca juga: Harga minyak melonjak, ditopang harapan kesepakatan dagang AS-China

Namun, pejabat China, tidak memberikan secara spesifik jumlah barang pertanian AS yang disetujui Beijing untuk dibeli, poin penting dalam negosiasi untuk mengakhiri perang dagang 17 bulan antara dua ekonomi terbesar dunia.

"Sepertinya Presiden Donald Trump mendapatkan kesepakatan perdagangan tepat waktu untuk Natal," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago. Dia mengatakan bahwa ketika "pasar melompat" karena berita perdagangan, dia ingin melihat lebih banyak rincian dari China.

Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris memenangkan mayoritas besar dalam pemilihan umum pada Kamis (12/12/2019), membuka jalan bagi Perdana Menteri Boris Johnson untuk mengeluarkan negara itu dari Uni Eropa. Ketidakpastian tentang Brexit selama ini juga menekan harga minyak.

"Dengan kemenangan besar bagi Boris Johnson dalam pemilihan umum Inggris dan 'hampir di sana' untuk perang dagang AS-China, terserah kita memilih minyak mentah Brent," kata Bjarne Schieldrop, seorang analis di SEB.

Baca juga: Minyak naik tetapi perang dagang AS-China bebani prospek permintaan

"Pertumbuhan permintaan minyak kemungkinan akan rebound seiring dengan rebound di manufaktur global."

Penurunan dolar AS ditambah dengan pound yang kuat juga membantu meningkatkan harga-harga komoditas.

"Selera risiko di kalangan investor keuangan sekarang cenderung tetap tinggi berkat kesepakatan antara AS dan China dan akhir yang akan datang ke situasi menenangkan Brexit," kata Eugen Weinberg, seorang analis di Commerzbank. "Ini juga akan menguntungkan harga minyak."

Penjualan ritel AS naik kurang dari yang diharapkan pada November karena orang Amerika memangkas pengeluaran diskresioner.

Brent telah menguat 21 persen sepanjang 2019, didukung oleh upaya oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia untuk memotong produksi.

Aliansi tersebut, yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pekan lalu untuk menurunkan pasokan 500.000 barel per hari pada 1 Januari.

Harga minyak tidak banyak bergerak ketika komite DPR AS membawa Trump ke ambang pemakzulan, menyetujui dua tuduhan yang berasal dari upayanya menekan Ukraina untuk menyelidiki saingan politik Joe Biden dari Demokrat.

Baca juga: Persediaan ketat, Goldman Sachs naikkan perkiraan harga minyak 2020
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019