Banjarmasin, 20/10 (ANTARA) Untuk mengantisipasi imbas krisis global terhadap petani kelapa sawit, Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan segera merintis usaha mengubah CPO menjadi biodisel. "Pemerintah kini telah merintis untuk mengubah CPO menjagi biodisel sehingga diharapkan mampu kembali mendongkrak produksi kelapa sawit, diantaranya di Kalsel," kata Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan Haryono di Banjarmasin, Senin. Pemda juga telah menghapus pajak ekspor tambahan untuk meringankan beban pengusaha CPO sehingga bisa terus melakukan ekspor. Turunnya harga CPO di Kalsel sebenarnya telah terjadi sejak Juli 2008. Dari total lahan perkebunan sawit di Kalsel yang mencapai 240 ribu hektar, 30 ribu hektar diantaranya murni milik petani, sedangkan sisanya perkebunan plasma. Situasi ini membuat dampak langsung anjloknya harga sawit kepada petani relatif kecil, sebaliknya terhadap perusahaan perkebunan relatif besar. Di Kalsel, secara umum kondisi harga tandon buah segara (TBS) relatif bagus dibandingkan Sumatra Utara maupun beberapa daerah lainn seperti Kalimantan Tengah (Kalteng). "Saat ini harga TBS masih mencapai Rp1000 lebih sehingga masih sangat bagus," katanya. Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Subardjo mengungkapkan, hingga pertengahan Oktober, ekspor Kalsel, terutama CPO dan pertambangan masih relatif aman, bahkan untuk CPO volumenya cenderung meningkat kendati harganya turun. "Data secara pasti sedang kami hitung, tetapi terlihat ada peningkatan hingga pertengahan Oktober lalu," tambahnya. Eskportir Kalsel sampai saat ini masih aman karena terikat kontrak yang masih berlangsung hingga beberapa bulan ke depan, demikian Subarjo. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008