Bangkok (ANTARA News)- Para politisi senior Thailand, Senin setuju membentuk satu badan beranggotakan 120 orang untuk memulai proses merancang kembali konstitusi, satu tindakan yang mungkin akan membuat marah para pemrotes anti pemerintah. "Pembentukan komite perancang konstitusi diperlukan. Itu adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah negara," kata Sukhumpong Ngon-kham, seorang menteri di kantor perdana menteri kepada wartawan. Ia mengatakan para pejabat senior telah setuju membentuk satu komite yang menyusun kembali konstitusi yang beranggotakan masing-masing seorang dari 76 provinsi, 24 pakar politik dan hukum dan 20 wakil dari kelompok profesi. Wakil-wakil dari Senat dan majelis rendah parlemen ikut bersama PM Somchai Wongsawat dalam pertemuan , Senin , tetapi Partai Demokrat yang oposisi memboikot rapat itu. Partai itu mengatakan pemerintah seharusnya tidak memprioritaskan amandemen-amandemen konsititusi yang mungkin bisa memecah belah rakyat sementara negara masih menghadapi bentrokan-bentrokan di jalan yang berdarah antara para pemrotes dan polisi awal bulan ini. Partai Kekuatan Rakyat (PPP) meraih kemenangan dalam pemilu Desember dan telah membuat seksi-seksi penyusun kembali konstitusi itu satu prioritas, yang menimbulkan kemarahan kelompok anti pemerintah. Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) melakukan protes-protes di jalan Mei lalu yang meningkat menjadi kerusuhan pada 7 Oktober ketika para pemrotes terlibat bentrokan dengan polisi, yang menyebabkan dua orang tewas dan hampir 500 lainnya cedera. Somchai sejak itu berada dalam tekanan yang meningkat untuk mengundurkan diri, tetapi mengatakan ia ingin terlebih dulu mengawasi perubahan-perubahan konstitusi itu , yang dibuat semasa pemerintah dukungan militer setelah kudeta September 2006 yang menggulingkan PM Thaksin Shinawatra . Sebelum komite beranggotakan 120 orang itu dibentuk ,seperlima dari anggota eprlemen harus menyetujui peluncuran proses amandemen itu. Sukhhumpong mengatakan mereka akan mengajukan mosi itu ke parlemen pekan depan paling cepat, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008