Salah satu buah reformasi 1998 adalah perubahan sistem politik Indonesia yang semula menganut penyederhanaan partai menjadi sistem multipartai dengan harapan dapat lebih menyerap aspirasi masyarakat dan menepis oligarki. Partai Nasional Benteng Kerakyatan (PNBK) Indonesia yang dideklarasikan pada 24 Februari 2008, semula bernama Partai Nasional Banteng Kemerdekaan, masih dengan akronim yang sama, merupakan satu dari sekian banyak partai yang lahir pasca reformasi. Partai Nasionalis Banteng Kemerdekaan dideklarasikan pada 27 Juli 2002 dan menjadi partai dengan nomor urut delapan pada pemilu 2004. Ciri khas Partai Nasional Indonesia (PNI) serta pengaruh ajaran Soekarno sangat kental berciri pada partai itu, selain menggunakan lambang Banteng "Ketaton", partai yang diketuai oleh Erros Djarot itu juga menempatkan ajaran Marhaenisme sebagai azasnya, bahkan semula disiapkan nama Partai Nasionalis Bung Karno. "Kelahiran PNBK ini, dimotori oleh sejumlah kaum nasionalis yang melihat kualitas partai-partai pemenang pemilu semakin menurun dan tidak mampu berperan aktif sebagai pilar demokrasi Indonesia," katanya saat itu. Ditambahkannya, ajaran Bung Karno yang menjadi landasan PNBK adalah Trisakti yaitu daulat secara politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya. Erros Djarot sendiri pada awalnya lebih dikenal oleh masyarakat sebagai seniman, baik di bidang musik maupun film. Film legendaris Indonesia, "Badai Pasti Berlalu", tema musiknya diaransemen olehnya. Sedangkan film "Cut Nyak Dhien", film yang dibintangi oleh Christine Hakim merupakan hasil besutan Erros. Atas karyanya di bidang seni, ia sempat mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain Piala Citra sebagai penata musik di film Kawin Lari (1976), Badai Pasti Berlalu (1978), dan Usia 18 (1981). Lulusan sekolah penata musik film di Inggris ini juga menata musik untuk Secangkir Kopi Pahit (1986) dan Ponirah Terpidana (1984) serta menulis skenario film Marsinah (2001). Pandangan Marhaenisme PNBK merupakan salah satu dari sekian banyak partai yang berangkat dari idealisme nasionalis dan dipengaruhi ajaran Ir. Soekarno, salah satunya pandangan Marhaenisme. Marhaenisme sendiri diambil dari nama seorang petani di Bandung yang ditemui Soekarno saat masih kuliah di kota itu bernama Marhaen. John D Legge dalam bukunya yang berjudul Sukarno : A Political Biography mendeskripsikan pembicaraan itu. "Milik siapa tanah ini?" tanya Soekarno. "Saya," jawab Marhaen "Cangkul ini milik siapa?" "Saya." "Kalau peralatan-peralatan itu semua milik siapa?" "Punya saya." "Hasil panen yang kamu kerjakan ini untuk siapa?" "Untuk saya." "Apakah itu cukup untuk keperluan kamu?" "Hasilnya pas-pasan untuk mencukupi hidup kami." Demikian seterusnya percakapan itu dan dari perbincangan tersebut Bung Karno memiliki pandangan tentang kemiskinan masyarakat akibat penjajah dan apa yang harus diperjuangkan untuk mencapai kemerdekaan dan kesejahteraan. Hal itulah yang menginspirasi PNBK Indonesia kemudian menetapkan visi dan misi partai dalam pemilu 2009 mendatang. Misi pertama adalah memberdayakan mayoritas rakyat dan institusi kerakyatan diseluruh sektor kehidupan baik di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya guna meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia. Hal yang kedua adalah menggalang dan menghimpun seluruh kekuatan rakyat dalam upaya menyelesaikan tahapan-tahapan revolusi Indonesia yang belum selesai. Partai itu juga memiliki keinginan menjadikan marhaenisme sebagai teori perjuangan sekaligus sebagai antitesis dari feodalisme, neoimperialisme. Juga Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang demokratis, bebas dari KKN serta berperan aktif dalam menciptakan tata dunia baru yang berkeadilan berdasarkan asas kemitraan, kesetaraan, dan kebersamaan serta saling menguntungkan PNBK ingin memperjuangkan secara khusus peningkatan kualitas sumber daya perempuan dan berperan aktif melestarikan alam dan lingkungan hidup demi kesejahteraan serta keselamatan bumi dan manusia. Mereka juga melihat perlunya memperjuangkan kemenangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya rakyat Indonesia dan menjabarkan manifesto politik PNBK Indonesia dalam setiap kerja organisasi politik kepartaian dan akhirnya memperjuangkan kemenangan PNBK pada Pemilu 2009 mendatang. Partai dengan nama tambahan itu menginginkan adanya perubahan untuk kemajuan, di samping perubahan pimpinan. Dalam melakukan perubahan, bidang ekonomi misalnya, harus berani menghentikan satu kebijakan yang telah membumi pada kultur bangsa seperti dalam bidang perikanan dan kelautan. "Kita harus berani mengembangkan ekonomi kerakyatan dalam artian bukan ketakutan seperti halnya ekonomi kaum sosialis kiri, namun sistem ekonomi kerakyatan yang sesuai dengan aturan dan kultur bangsa Indonesia serta cita-cita kemerdekaan," kata Erros dalam sebuah kesempatan. Ia mengatakan,"Indonesia harus punya harga diri sebagai bangsa, sesuai tema yang diangkat dalam deklarasi partai ini `Harga Diri Bangsa`." Meretas Jalan Usaha jajaran pengurus PNBK Indonesia mewarnai peta politik Indonesia secara nasional tidaklah mudah. Mereka harus bersaing dengan partai-partai mayoritas. "Sebenarnya kami sudah ingin berhenti. Tapi setelah melihat ternyata parpol besar belum mampu membawa aspirasi rakyat, maka kami bertekad untuk melanjutkan perjuangan ini," kata Erros. Dijelaskannya bahwa saat ini, PNBK Indonesia yang mengambil lambang nyaris sama dengan partai sebelumnya itu telah memiliki kepengurusan di 33 DPD serta 70 persen DPC. Jumlah itu dianggap telah memadai untuk verifikasi parpol baru oleh Depkum dan HAM serta verifikasi KPU. "Ini semua untuk mengikuti aturan yang telah dibuat partai-partai besar itu," katanya. Lebih lanjut Erros mengatakan bahwa saat ini ada skenario mengebiri jumlah parpol lewat rekayasa yang dibangun partai-partai besar. Selain itu, Erros juga menampik tudingan bahwa banyaknya parpol merupakan alasan utama terpuruknya kehidupan bangsa Indonesia. "Terpuruknya nasib bangsa bukan karena banyaknya parpol, tapi lebih pada ketidakmampuan pemimpin dalam mengelola negara berikut sumberdayanya," katanya. Meski demikian ia tetap merasa yakin dukungan masyarakat atas partai tersebut perlahan tapi pasti terus meningkat. "Mereka yang bergabung dengan PNBK Indonesia ini mengaku jenuh dengan partai-partai besar yang selama ini hanya menimbulkan kekecewaan," katanya. Menjelang pendeklarasian PNBK yang dihadiri sedikitnya 10.000 massa pendukung dari 33 DPD dan ratusan DPC PNBK seluruh Indonesia, ia menyebutkan masyarakat pendukung partainya terutama berada di kawasan timur dan barat. Sedangkan wilayah tengah sedang diupayakan, namun kesanggupan masyarakat untuk memenangkan PNBK dalam pemilu mendatang sudah mulai terlihat cukup bagus. "Target kami untuk meraih 25 kursi di DPR RI atau lima hingga tiga persen suara nasional optimis bisa diraup," ujarnya. "Memang harus diakui bahwa parpol baru sangat sulit mencapai angka electoral threshold (ET) dan parliamentary threshold (PT), namun partai kami yakin bisa memperoleh suara antara tiga sampai lima persen pada Pemilu 2009," kata Erros. Electoral threshold adalah ambang batas perolehan suara partai untuk bisa ikut pemilu berikutnya, sedangkan parliamentary threshold adalah ambang batas perolehan kursi parpol di parlemen untuk bisa membentuk fraksi tersendiri. Ia menambahkan bahwa parpol pimpinannya itu sekarang memiliki waktu yang lebih panjang mempersiapkan infrastruktur untuk menghadapi Pemilu 2009, termasuk dalam merekrut dan membina kader- kader partai yang akan duduk di legislatif. Belajar dari Pemilu 2004 lalu, PNBK disebutkannya telah melakukan persiapan-persiapan yang jauh lebih baik, termasuk pengelolaan infrastruktur dan keuangan partai yang lebih tertata. Selain itu, militansi kader-kader PNBK tetap terjaga tinggi, sehingga semuanya bekerja demi kemajuan partai tanpa ada imbalan materi apapun. "Kami masih bersama-sama melakukan perbaikan-perbaikan. Kalau ada parpol baru sudah rapi tertata segalanya, justru terasa aneh," katanya. Ia juga mengatakan bahwa parpol-parpol baru pasti sulit mencapai angka ET 5 persen. "Partai Demokrat mencapainya karena ada kejadian khusus," katanya. Dia juga memperkirakan rakyat sudah jenuh dengan parpol lama, sehingga parpol baru memiliki kesempatan untuk meraih kepercayaan rakyat pada Pemilu 2009. (*) Kepengurusan Ketua Umum : Erros Djarot Sekretaris Jenderal : Zulfan Lindan Nomor Urut : 26 Kantor DPP Alamat : Jl. Penjernihan I No.50 Jakarta 1021 Telp : 021-5739550/51 Fax : 021-573519

Oleh Oleh Panca Hari Prabowo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008