Bandung (ANTARA) - Provinsi Jawa Barat (Jabar) masuk ke dalam wilayah rawan bencana, kata Gubernur Jabar M Ridwan Kamil.

Pria yang akrab disapa Kang Emil ini menuturkan bencana alam di Jabar per tahun itu rata-rata 1.000 an sampai 1.500 kejadian. Kalau dibagi per bulan 100-an dan maka per hari itu ada tiga kejadian bencana alam.

Menurut dia, Provinsi Jabar, mayoritas rawan bencana longsor, selain banjir, kebakaran dan angin puting beliung.

Terkait antisipasi bencana alam, kata Gubernur Emil, Pemprov Jabar akan membuat cetak biru (blue print) tanggap bencana yang akan dikerjasamakan dengan Pemerintah Jepang.

Berdasarkan catatan Antara yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat dari Januari hingga November 2019, tercatat telah terjadi 1.740 kejadian bencana alam.

Dari 1.740 kejadian bencana tersebut, tanah longsor merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Provinsi Jabar periode Januari-November 2019 yakni sebanyak 478 kali, disusul kebakaran bangunan 357 kejadian, kebakaran hutan dan lahan 385 kejadian, angin beliung 368 kejadian, banjir 138 kejadian dan lain-lain.

Sebanyak 32 orang dinyatakan meninggal dunia akibat bencana alam yang terjadi di Jabar selama kurun waktu Januari-November 2019.

Berikut adalah lima kejadian bencana di Provinsi Jawa Barat, sepanjang tahun 2019 yang cukup menyita perhatian publik.

Baca juga: Gubernur siap viralkan status Gunung Tangkuban Parahu turun

Baca juga: Wisatawan sudah boleh berkunjung ke Tangkuban Parahu

Baca juga: PVMBG: Status Gunung Tangkuban Parahu turun ke level I


Erupsi Gunung Tangkuban Parahu yang terjadi pada Jumat, 26 Juli 2019. Gunung Tangkuban Parahu (Kawah Ratu) yang terletak sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, meletus dan memuntahkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu lebih kurang 200 meter dari atas puncak atau lebih kurang 2.284 meter di atas permukaan laut pada Jumat pukul 15.48 WIB.

Menurut hasil pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Pos Pengamatan Gunungapi Tangkuban Parahu, kolom abu tebal dan berwarna kelabu itu condong ke arah timur laut dan selatan.

Kemudian erupsi kembali terjadi pada gunung yang terkenal dengan Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi pada 2 Agustus 2019 dan bersifat erupsi menerus sehingga PVMBG menaikkan status menjadi Level II (Waspada).

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani, erupsi terakhir Gunung Tangkuban Parahu terjadi pada 7 September 2019.

Setelah mengalami erupsi beberapa kali Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu kembali dibuka untuk umum karena status Gunung Tangkuban Parahu dinyatakan normal dan aman untuk dikunjungi oleh wisatawan, pada Selasa, 21 November 2019.

Baca juga: Kebakaran lahan di Kawah Putih Ciwidey capai 15 hektare

Baca juga: Prakiraan BPBD luas lahan terbakar Kawah Putih Ciwidey 20 hektare

Baca juga: Kebakaran lahan di Kawah Putih Ciwidey diduga dipicu puntung rokok


Kemudian kebakaran lahan dan hutan Kawah Putih Ciwidey di Kabupaten Bandung. Kebakaran lahan dan hutan melanda Kawasan Wisata Kawah Putih Ciwidey dan api menjalar ke Kawasan Gunung Malabar, hingga ke Gunung Patuha.

Si Jago Merah membakar Kawasan Objek Wisata Kawah Putih pada Senin, tanggal 7 Oktober 2019.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat menyatakan luas lahan yang terbakar di lahan Kawah Putih Putih Ciwidey, Desa Suguhmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat mencapai 15 hektare.

Kapolsek Ciwidey AKP Ivan mengatakan kebakaran di Kawah Putih Ciwidey, diduga karena puntung rokok.

Untuk memadamkan api, helikopter bom air dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikerahkan ke Kawasan Kawah Putih.

Seusai memadamkan kebakaran di Kawah Putih, helikopter tersebut bergerak ke Kawasan Gunung Malabar.

Api di kawasan tersebut bisa dipadamkan pada Jumat, 11 November 2019.

Baca juga: Kebakaran kawasan Gunung Ciremai dapat dipadamkan

Baca juga: Kebakaran Gunung Ciremai semakin meluas

Baca juga: BPBD Kuningan kerahkan tim padamkan kebakaran kawasan Gunung Ciremai


Lalu, kebakaran Gunung Ciremai melanda kawasan hutan puncak Gunung Ciremai di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada Kamis, 5 November 2019.

Humas Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kabupaten Kuningan Agus Yudantara mengatakan kebakaran di kawasan tersebut terpantau pada tanggal 5 September 2019 sekitar jam 16.30 dan berhasil dipadamkan pada Jumat, 6 September 2019.

Kepulan asap terlihat di sekitar kawasan Blok Sanghiyang Ropoh wilayah Kabupaten Majalengka, kawasan puncak Hutan Taman Nasional Gunung Ciremai.

Si Jago Merah kembali membakar Kebakaran kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang terletak di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada 28 Oktober 2019.

Kebakaran kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yang terletak di Kabupaten Kuningan, berhasil dipadamkan pada Selasa, 29 Oktober 2019 petang sekitar pukul 18.00 WIB, kata Kepala Pelaksana Bandan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Agus Mauludin di Kuninga.

Kebakaran yang terjadi di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Jawa Barat, menghanguskan lahan sekitar 150 hektare.

Kawasan yang terbakar yaitu vegetasi habitat semak, Ilalang dan Rimba Campu, sehingga sangat mudah dilalap api.

Baca juga: Ridwan Kamil minta PD Pasar periksa kelistrikan pasar tradisional

Baca juga: 40 jam terbakar, Pasar Kosambi dinyatakan padam

Baca juga: Titik api di Pasar Kosambi masih belum seluruhnya padam


Lalu, kebakaran Pasar Kosambi di Jalan Ahmad Yani Kota Bandung, Jawa Barat, pada Sabtu malam, 18 Mei 2019 hingga Minggu siang, 19 Mei 2019.

Sumber api diduga dari kios pedagang kelapa yang berada di lantai bawah yang diperuntukkan bagi pedagang tradisional.

Api yang melalap ratusan kios pedagang di Pasar Kosambi Kota Bandung, Jawa Barat, sudah padam sekitar jam 17.00 WIB, setelah sekitar 40 jam Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, berjibaku menjinakkan si jago merah.

Pemerintah Kota (Pemkot Bandung) menyatakan total kerugian akibat kebakaran di Pasar Kosambi ditaksir mencapai Rp20 miliar.

Baca juga: Dua orang meninggal dunia akibat longsor di Cimahi

Baca juga: BPBD Jabar: Banjir terjang lima kecamatan di Kabupaten Bandung


Terakhir, longsor di Citeureup Kota Cimahi, di Ciawitali Selatan, Kelurahan Citeureup, Kota Cimahi, Jawa Barat, Jumat, 26 April 2019.

Akibat bencana alam tersebut, dua anak yakni Irna (14 tahun) dan Kekey (dua tahun) meninggal dunia dan enam orang lainnya luka-luka.

Irna dan Kekey meninggal dunia di rumah sakit setelah sempat tertimbun material bangunan bersama keenam penghuni rumah lainnya.*

Baca juga: 1.558 bencana alam terjadi di Jabar hingga akhir Oktober 2019

Baca juga: DPRD Jabar: Penataan Gunung Geulis bisa antisipasi bencana


 

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019