Jakarta (ANTARA News) - Fraksi PPP DPR mendesak pemerintah agar segera menurunkan harga BBM, seiring dengan terus merosotnya harga minyak di pasar internasional hingga mencapai kisaran 63 dolar AS/barel atau mendekati patokan harga minyak dalam APBN 2008 sebesar 60 dolar AS/barel. "Penurunan harga minyak (dunia) ini memiliki implikasi terhadap penurunan besaran subsidi yang harus ditangung oleh anggaran negara," kata Ketua F-PPP DPR, Lukman Hakim Saefuddin, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa. Dengan demikian, menurut dia, pemerintah seharusnya melakukan penyesuaian kembali terhadap besaran subsidi BBM berdasarkan patokan harga yang baru, sehingga memungkinkan dilakukannya perubahan atau penurunan harga BBM. Sebelumnya pada 24 Mei 2008, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mengurangi subsidi BBM atau menaikkan harga jual BBM dimasyarakat setelah harga minyak di pasaran internasional terus meroket. Dengan adanya perubahan asumsi harga minyak itu, BBM di dalam negeri dipatok Rp6.000/liter untuk premium, Rp2.500/liter untuk minyak tanah serta Rp5.500/liter untuk minyak solar. Menurut Lukman, penurunan harga BBM domestik itu dimungkinkan berdasarkan mekanisme pasar, semisal harga premium diturunkan menjadi Rp4900/liter, sehingga tidak ada beban subsidi BBM yang ditanggung dalam anggaran negara. "FPPP meminta pemerintah mengkaji kembali kebijakan subsidi energi, khususnya untuk BBM, sehingga kebijakan harga BBM domestik dapat diturunkan," ujarnya. Penurunan harga BBM ini sangat mendesak karena kondisi kemiskinan dan pengangguran masih tinggi serta daya beli sebagian besar masyarakat masih rendah, sehingga menurunkan harga BBM akan banyak menolong rakyat. Selain itu, penurunan harga BBM juga dapat mengurangi tekanan laju inflasi yang tinggi dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. "Sektor energi merupakan salah satu sektor yang berperan penting bagi perekonomian dan menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga FPPP meminta agar pengelolaan sektor ini harus dilakukan secara optimal," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008