Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Selasa sore turun 685 poin menjadi Rp11.000/11.100 per dolar AS dari sebelumnya Rp10.315/10.950, sedikit membaik dibanding penurunan sesi pagi. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib mengatakan, rupiah sebelumnya sempat mendekati angka Rp12.000 per dolar AS, karena pelaku pasar makin panik, setelah sejumlah negara telah masuk ke Dana Moneter Internasional (IMF), karena tidak kuat menahan tekanan krisis keuangan global itu seperti Pakistan, Turki dan Islandia. "Karena itu pelaku keyakinan bahwa Indonesia tidak akan tumbang seperti negara tersebut di atas, dengan fundamental ekonomi Indonesia cukup kuat, mereka membeli rupiah lagi. Adapun rupiah yang dilepas, cenderung dana yang ditempatkan di obligasi, surat utang negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia," katanya. Tekanan krisis keuangan global, menurut dia memang berat, namun pemerintah dan BI berusaha mengatasi dengan menyiapkan langkah "safeguard" (pengamanan). Langkah pengamanan dari pemerintah sedang dimatangkan karena ada beberapa hal yang harus diperbaiki, katanya. Menurut dia, depresiasi rupiah saat ini lebih karena sentimen global menyikapi pemberitaan sejumlah negara yang sudah bertumbangan dan masuk IMF. "Ada sentimen negatif terhadap seluruh perekonomian dunia dan 'kapital outflownya' juga terus terjadi," katanya. Kondisi itu diperparah lagi dengan AS yang saat ini tengah mengobral aset toksit yang murah sehingga dana yang ada dipakai untuk beli aset itu. "Agak sulit untuk mempertahankan rupiah karena memang faktor negatif itu berasal dari luar negeri," katanya. Menurut dia, yang bisa dilakukan pemerintah adalah mengawasi cadangan valas yang ada di bank dan lembaga keuangan lainnya, agar tidak dipakai untuk spekulasi. "Langkah ini tidak akan efektif untuk menahan depresiasi rupiah, pemerintah harus cari sistem lain yang lebih efektif," katanya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008