Jakarta, (ANTARA News) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Erry Firmansyah mengungkapkan minimnya transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena pelaku pasar masih "wait and see" (menunggu dan melihat) kondisi pasar modal yang "volatile" (bergelombang), karena besarnya tekanan dari krisis keuangan global. "Dalam kondisi saat ini para pelaku pasar lebih baik keluar pasar dan memegang kas, sehingga pasar saham transaksinya sepi," kata Erry, saat konferensi pers di Jakarta, Selasa. Erry juga menegaskan pasar saat ini sudah "oversold" (jenuh jual) dan "button" (murah), tetapi belum ketahuan dasarnya. "Memang sudah ada titik terang akibat krisis ini, namun resikonya masih ada, sehingga pasar masih mengalami tekanan," katanya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI pada perdagangan Selasa ini turun 55,019 poin atau 4,72 persen menjadi 1.111,390 dan indeks LQ45 terkoreksi 11,149 poin atau 5,12 persen ke posisi 206,675. Saat ini IHSG berada di level terendah sejak penutupan 2 Desember 2005 yang ditutup pada level 1.119,420. Transaksi yang terjadi sebanyak 55.127 kali dengan volume 1,930 miliar saham dan nilai Rp1,880 triliun atau jauh dari target BEI 2008 Rp3,5 triliun. Kecilnya transaksi ini dianggap wajar dengan kondisi saat ini. "Transaksi minim pada saat ini ngak apa-apa dan kita tidak akan melakukan kebijakan yang melawan arus, karena ini pengaruh global," tegasnya. Erry juga mengungkapkan bahwa penurunan ini tidak sendirian. "Kita tidak sendirian kok, bahkan kita cukup bertahan dibanding yang lain," jelasnya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008