Jakarta (ANTARA News) - Lapindo Brantas Inc (LBI) memberikan apresiasi atas adanya perdebatan antara dua kubu, yakni pemboran (drilling) dan gempa bumi sebagai pemicu semburan lumpur panas di Sidoarjo (Lusi), dalam Konferensi Asosiasi Geolog dan Perminyakan Amerika (AAPG) di Cape Town, Afrika Selatan, pada 28 Oktober lalu. "LBI juga menghargai semua upaya perhitungan teknis matematis yang dikemukakan oleh masing-masing kubu untuk menentukan faktor pemicu semburan itu," kata Vice President Externals LBI, Yuniwati Teryana, dalam siaran persnya, Kamis. Dikatakannya, pihak LBI mendukung fenomena gunung lumpur (mud volcano) di Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi topik dalam konferensi internasional itu. Demikian juga ketika Lusi menjadi pembahasan dalam acara The Geology Society Conference pada 21-22 Oktober 2008 di Burlington House Piccadilly, London. Fokus sentral diskusi di Cape Town adalah faktor pemicu (trigger) Lusi. Ahli kebumian internasional tidak meragukan lagi Lusi sebagai mud volcano. Hanya persoalannya adalah apa pemicu gunung lumpur besar itu. "Semua makalah menyebut Lusi sebagai mud volcano dalam judul ataupun abstraknya," katanya. LBI menghormati, pendapat Richard Davies dan kawan-kawan yang menulis makalahnya berjudul The East Java Mud Volcano (2006 to Present): An Earthquake or Drilling Trigger? Makalah itu telah menyajikan banyak asumsi sehingga Davies meyakini faktor drilling sebagai pemicunya. Begitu juga kepada Nurrochmat Sawolo dalam makalah East Java Mud Volcano (Lusi): Drilling fact and Analysis memaparkan data faktual drilling dan analisis yang bertentangan dengan pakar Inggris itu. LBI berharap semua data yang digunakan telah di cek silang dengan data lain, sehingga data yang dipakai dapat diyakini kebenarannya. Seperti diketahui, Richard Davies dkk dalam perhitungannya ada yang memakai data dari sumur pemboran Porong. Sedangkan Sawolo menggunakan perhitungan dari data autentik sumur Banjar Panji itu sendiri. Nurrochmat Sawolo adalah kepala drilling yang bertanggung jawab pada pemboran BJP I. Karena itu, dia prihatin soal validitas data yang digunakan untuk menganalisa sumur BJP I bila dikaitkan dengan Lusi. Nurrochmat Sawolo mengatakan, "para pakar asing itu menganalisa dan membuat model perhitungan berdasarkan data yang belum di cross check dengan data lain atau fakta sehingga diragukan keabsahannya. Berbagai hipotesa dan interpretasi musti mengacu pada fakta di lapangan". Sedangkan Bambang Istadi menambahkan, "Ada empat faktor yang musti terjadi didalam sumur yang bisa mengakibatkan semburan berasal dari sumur, yaitu adanya kick yang tidak terkendali, formasi pecah dititik terlemah, terjadi 'underground blowout' dan adanya tekanan tinggi yang berkelanjutan sehingga pecahnya formasi menerus sampai ke permukaan. Namun, fakta-fakta di lapangan membuktikan keempat faktor tersebut tidak terjadi". Dalam perhitungannya, Richard Davies dkk. memakai besaran tekanan di drill pipe side dimana terdapat non ported float valve sehingga tidak terjadi U-tube (bejana berhubungan). Hasil dari perhitungan ini menyimpulkan sumur pecah yang mana tidak sesuai dengan fakta dilapangan. Sedangkan Lapindo menggunakan sistem "casing side" karena nilai densitas dari fluida dan bottom hole pressure sudah diketahui yaitu sebesar 8,9 ppg dan 12,8 ppg. Hasil dari perhitungan ini sama dengan fakta yang ada yaitu sumur tidak pecah. Fakta bahwa sumur tidak pecah ini disimpulkan dari hasil injection test pada 29 Mei 2006 di mana tekanan dalam sumur cukup tinggi antara 370 ? 900 psi. Injection test yang tinggi ini berarti sumur tidak pecah dan tidak terjadi underground blowout (UGBO). LBI memahami bahwa kesimpulan hasil pembahasan Lusi di AAPG 2008 di Cape Town Afrika Selatan, masih variatif dan terbuka. Mark Tingay dari School of Earth & Environment Sciences, University of Adelaide, Australia mengatakan, Lusi adalah sebuah bencana geologi yang pemicunya belum jelas. "Data yang bisa dianalisa sangat sedikit dan tidak memiliki kepastian sehingga interpretasinya bisa bermacam-macam," ujarnya. Faktor drilling boleh jadi lebih popular sebagai pemicu semburan dari pada faktor gempa. Namun ahli bumi dari Australia ini akhirnya juga menyatakan bahwa pemicu pemboran tidak pernah dapat dibuktikan. LBI juga memberi perhargaan pada Geolog A. Mazzini dari Universitas Oslo yang beberapa kali ke Porong dan menulis makalah Causes and Trigger of the Lusi Mud Volcano, Indonesia menyimpulkan penyebab (causes) semburan Lusi adalah system mud volcano yang sudah matang di Sidoarjo. Sedangkan pemicu (trigger) semburannya adalah gerakan reaktivasi patahan Sesar Watukosek (watukosek fault) sesudah gempa terjadi. Mazzini juga mengatakan, "mud volcano seperti ini bisa terjadi kapan dan dimana saja". Di Jawa Timur, Lusi adalah gunung lumpur baru, disamping empat belas gunung lumpur lain yang sudah tercatat. Lapindo Brantas Inc. menyambut gembira karena diakhir perdebatan 2,5 tahun itu ada kesepakatan antar dua kubu untuk mereview data, fakta dan analisa bersama. Bambang Istadi mengatakan, "Lapindo membuka diri bagi semua untuk mengaksess data sehingga hipotesa dan interpretasi R. davies dkk tidak mengabaikan fakta lapangan. Kerja sama di antara pakar dunia nanti diharapkan dapat menentukan kejadian sebenarnya." Pembahasan Lusi dalam AAPG 2008 International Conference Cape Town ini sebenarnya diharapkan menjadi forum ilmiah. Namun Yuniwati Teryana menyayangkan, diskusi ilmiah yang seharusnya murni menggunakan metode ilmiah untuk mengungkapkan kebenaran ilmiah namun diakhiri dengan voting yang tidak lazim dalam forum ilmiah. Padahal dalam konferensi ini tidak ada agenda untuk pengambilan suatu keputusan apapun menyangkut Lusi. Jumlah mayoritas tidak otomatis benar dan mutlak secara ilmiah, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008