Jakarta (ANTARA News) - Sekolah penerbang Malaysia, Integrated Training & Services (IT&S) Sdn Bhd akhirnya juga membidik pasar para calon pilot penerbang komersial dan privat Indonesia, menyusul ketidakmampuan lembaga sejenis di tanah air menyediakan tenaga pilot akhir-akhir ini. "IT&S masuk ke sini karena pertimbangan pasar murni dan dia lolos audit kami pada Juli 2008," kata Direktur Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara, Ditjen Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan (Dephub), Yurlis Hasibuan kepada pers usai Menyerahkan Surat Pengakuan oleh Otoritas Penerbangan Indonesia kepada IT&S di Jakarta, Jumat. IT&S sendiri pada tahap awal menggandeng mitra lokalnya yakni PT Deraya Flying School dan PT Skytrain Avia Services. Hadir dalam kesempatan itu, Dirjen Perhubungan Udara Malaysia, Dato` Azharuddin A. Rahman dan Managing Director IT&S Mejar Mohd Halim Hj Aziz. Yurlis menjelaskan, Indonesia saat ini sedang mengalami kekurangan pilot karena permintaannya per tahun mencapai 400 pilot baru, sedangkan kemampuan lembaga pendidikan pilot pemerintah dan swasta kurang dari 300 per tahunnya. Oleh karena itu, tegasnya, juga bisa menawarkan hal serupa di Malaysia. "Memang sampai sekarang belum ada, tetapi hal itu bisa. Nantinya, otoritas penerbangan Malaysia akan melakukan hal serupa dengan kita," katanya. Yurlis mengakui, sebenarnya kualitas sekolah penerbangan Indonesia tidak kalah dengan Malaysia karena sama-sama mendapatkan pengakuan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). "Terbukti, sekolah swasta penerbang di tanah air, siswanya juga banyak dari luar negeri, seperti Jepang," katanya. Sementara itu, menurut Dirjen Perhubungan Udara Malaysia, Dato` Azharuddin A. Rahman, pihaknya mengakui, pasar Indonesia memang menjadi daya tarik tersendiri di kawasan karena pertumbuhan sektor udaranya per tahun tidak kurang dari 20 persen. "Sementara, Indonesia dan Malaysia juga sama-sama mengalami kekurangan pilot. Malaysia juga terbuka, bila ada sekolah penerbang di sini berminat di Malaysia," kata Dato` Azharuddin sambil menambahkan bahwa di Malaysia memiliki tujuh sekolah penerbang dengan lulusan per tahun sebanyak 100-120 orang pilot. Dato` Azharuddin menambahkan, peminat sekolah penerbang Malaysia sudah merambah ke Timur Tengah dan Eropa. Pada kesempatan itu, Managing Director IT&S Mejar Mohd Halim Hj Aziz mengakui biaya sekolah penerbang di IT & S sebesar 250 ribu Ringgit Malaysia (RM) atau sekitar Rp750 juta. "Itu sudah satu paket, mulai dari tiket, visa dan sebagainya," kata Mejar. Mejar menjelaskan, lama pendidikan pilot di IT & S adalah 18-20 bulan dengan jumlah per angkatan pendidikan sebanyak 20 orang. IT&S yang berdiri sejak 2002 ini, memiliki tujuh pesawat latih untuk fix wing dan tujuh pesawat rotary wing (helikopter). Sementara itu, pada tahap awal, proses seleksi dan pendaftaran awal untuk peminat dari Indonesia, tambah Mejar, pihaknya mempercayakan hal itu kepada mitra lokal di Indonesia, dalam hal ini Deraya dan Skytrain. Presiden Director Skytrain, Capt. Maesa Soemargo mengakui, pada tahap awal pihaknya sedang memproses peminat sekitar 40 calon siswa dari seluruh Indonesia. "Sekitar 3-4 bulan, prosesnya di Indonesia, selanjutnya di Malaysia. Kemudian, setelah lulus masih harus diverifikasi oleh otoritas penerbangan Indonesia," kata Maesa.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008