Jakarta (ANTARA News) - Hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) menunjukkan publik masih menganggap tokoh-tokoh muda yang saat ini cukup dikenal belum pantas tampil sebagai presiden pada Pemilu 2009.

"Tingkat kepantasan mereka untuk menjadi presiden masih jauh di bawah tokoh-tokoh senior. Sebab itu, peluang mereka untuk menjadi capres seperti Barack Obama sangat kecil. Pasti tak akan ada parpol yang mau mengusung mereka," kata Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry di Jakarta, Jumat.

Survei LSN dilaksanakan tanggal 6-24 Oktober 2008 di 33 provinsi di Indonesia dengan jumlah sampel 1230 orang yang diwawancarai secara tatap muka. Sampel diperoleh melalui teknik multistage random sampling, dengan margin of error lebih kurang 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.

Beberapa nama tokoh muda yang disodorkan ke publik antara lain Andi Mallarangeng, Rizal Mallarangeng, Adhyaksa Dault, Saifullah Yusuf, Anas Urbaningrum, Budiman Sudjatmiko, Fadjroel Rachman, Tifatul Sembiring, Yuddy Chrisnandi, Anies Baswedan, Jeffry Geovani, Denny JA, dan Yenny Wahid.

Menurut Umar, dari sejumlah tokoh muda itu hanya Andi Mallarangeng dan Rizal Mallarangeng yang rating kepantasannya untuk menjadi presiden cukup lumayan. Andi dinilai pantas oleh 30 persen publik, sedangkan Rizal dianggap pantas oleh 20,9 persen publik.

"Angka ini masih jauh di bawah tingkat kepantasan tokoh-tokoh senior seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Wiranto, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mencapai tingkat kepantasan di atas 50 persen," katanya.

Fadjroel Rachman yang telah mendeklarasikan diri sebagai capres muda ternyata hanya dianggap pantas untuk menjadi presiden oleh 8,5 persen publik. Sedangkan Yuddy Chrisnandi hanya dianggap pantas oleh 8 persen publik.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, yang juga sudah dinobatkan sebagai salah satu capres PKS, ternyata juga hanya dianggap pantas untuk menjadi presiden oleh 8,1 persen. Menpora Adyaksa Dault hanya dianggap pantas oleh 17,4 persen.

"Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia kini sedang mengalami krisis ketokohan di kalangan kaum muda," kata Sekjen Asosiasi Riset Opini Publik Indonesia (AROPI) tersebut.

Menurut Umar, sedikitnya ada dua faktor utama yang menyebabkan tokoh muda belum dianggap pantas untuk menjadi presiden. Pertama, partai politik sebagai satu-satunya kendaraan untuk maju sebagai capres tidak memberi peluang bagi tokoh muda untuk tampil optimal dalam struktur kepemimpinan dan proses pencapresan.

Kedua, kebanyakan tokoh muda yang ingin tampil sebagai presiden belum memiliki rekam jejak (track record) dalam bidang pemikiran dan pergerakan yang berdampak luas bagi bangsa dan negara.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008