Solo, (ANTARA News) - Suasana Pondok Pesantren (Ponpes) di Ngruki, Surakarta, Sabtu malam, tak terpengaruh eksekusi terhadap terpidana mati Amrozi dkk. Sejumlah santri di Ngruki masih terlihat berlalu-lalang di halaman ponpes pimpinan Ust Abu Bakar Ba'asyir itu. Mereka melakukan aktifitasnya seperti biasa yakni belajar. Mereka dengan santunnya, setiap berpapasan dengan santri lainya selalu mengucapkan salam dan mereka kelihatan sudah terbiasa dengan suasana tersebut. Kegiatan doa khusus tidak terlihat tanda-tanda akan dilakukan para santri di dalam Ponpes itu, terkait dekatnya waktu pelaksanaan eksekusi terhadap Amrozi. Menurut seorang santri di Pospen Nguri, Fredy Saputra, para santri di Ngruki baru selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasanya. Terkait menjelang dieksekusinya Amrozi, kata dia, tidak mempengaruhi kegiatan belajar para santri. Para santri tidak terganggu adanya berita tersebut. "Kegiatan khusus untuk mendoakan mereka tidak ada dan santri belajar seperti biasanya," katanya. Menurut santri di Ngruki, Ustad Ba'asyir tidak ada di tempat. Ustad sedang bepergian ke Lamongan, Jawa Timur, namun mereka tidak tahu kapan perginya ustad. Jumlah santri yang belajar di Ngruki ini sekitar 1.500 orang. Mereka belajar dari tingkat MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan tingkat Aliyah dan mualimin atau sederajat dengan SMA. Menurut salah seorang santri di Ngruki, katanya, Amrozi pernah belajar di ponpes itu, namun dia tidak sampai lulus. Ponpes Ngruki sekitar pukul 22.00 WIB terlihat ada empat santri yang berjaga di pos pintu masuk ke pondok itu. Mereka berjaga dari pukul 22.00 WIB hingga waktu salat subuh. Tugas jaga itu semua santri mendapat giliran sesuai jadwal piket. Di Masjid Salamah di Tipes atau pusat Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) Surakarta, menolak eksekusi mati terhadap tiga terpidana bom Bali, namun suasana pada Sabtu malam sekitar pukul 22.00 WIB terlihat sepi. Pusat kegiatan JAT di Masjid Salamah, ada 1-2 lampu yang menerangi secara samar-samar di lokasi depan masjid itu. Namun, tidak ada aktifitas seorang di lokasi itu, terkait menjelang eksekusi Amrozi.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008