Medan (ANTARA News) - Pemerintah diharapkan terus memburu dan mengungkap aktor intelektual yang mengatur dan mendalangi peristiwa peledakan Bom Bali setelah dieksekusinya Amrozi Cs. "Idealnya, pengusutan terhadap kasus itu tidak selesai dengan eksekusi terhadap Amrozi Cs," kata Direktur Pusat Kajian Konstitusi, Hukum dan HAM (Puskohham) Sumut, Drs. Ansari Yamamah, MA di Medan, Minggu. Menurut Ansari, Amrozi, Mukhlas dan Imam Samudera yang telah dieksekusi mati dinilai hanya sebagai "pion" atau operator di lapangan. Diindikasikan, kata dia, ada kelompok tertentu yang memiliki pengaruh kuat dan akses yang cukup luas sebagai aktor intelektual dalam peristiwa yang menewaskan ratusan umat manusia di Bali itu. Indikasi itu terlihat jelas dari jenis bom C-4 yang digunakan dalam ledakan tersebut yang tidak mudah didapatkan dan hanya dimiliki Amerika Serikat (AS). Kelompok itu yang perlu diusut dan diwaspadai keberadaannya karena sangat berbahaya dan dapat mencari "pion" lain untuk melakukan untuk melaksanakan rencana mereka yang lain. Apabila tidak ditemukan dan diusut, tidak tertutup kemungkinan kelompok itu melahirkan "Amrozi-Amrozi" yang dapat disuruh untuk meledakkan lokasi yang mereka targetkan. Kemungkinan itu dirasakan sangat mudah, mengingat pengaruh dan akses yang dimiliki kelompok yang belum diketahui tersebut. "Jika memasukkan C-4 yang hanya ada di AS saja mereka bisa, apa sulitnya mencari calon `Amrozi` lain," katanya. Ia menambahkan, pemerintah juga perlu meminta pertanggungjawaban AS yang memproduksi bom jenis C-4 sehingga bisa masuk ke Indonesia dan dipergunakan dalam peristiwa Bom Bali yang terjadi tahun 2002 tersebut. "Dengan cara itu, diharapkan pemerintah dapat membuktikan bahwa eksekusi mati terhadap trio bom Bali murni proses hukum, bukan karena adanya tekanan politik," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008