Poso, Sulteng (ANTARA News) - Sekitar 200-an umat Katolik di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), hari Minggu menggelar misa di Gereja Sion Jln Yos Sudarso Poso untuk melakukan doa bersama atas kepergian Amrozi, Ali Ghufron alias Muchlas, dan Imam Samudra. Dalam ibadah ini, Pastor Jhony Mojanggo yang memimpin misa berkali-kali mengimbau jemaatnya mendoakan Amrozi dan kawan-kawan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan. Selain itu, mereka juga mendoakan agar keluarga yang ditinggalkan para almarhum dapat menerima dengan tabah atas hukuman mati yang dijalani ketiga terpidana kasus Bom Bali I tersebut. Ibadah yang berlangsung sekitar dua jam hingga pukul 11:00 Wita ini berlangsung dengan lancar dan khitmad. Tapi, di depan pintu masuk dan sekitar halaman gereja yang terletak di pusat kota Poso ini, puluhan aparat kepolisian dari kesatuan Samapta yang dibawa kendali operasikan Polda Sulteng ke Polres Poso, melakukan menjagaan ketat atas pelaksanaan misa ini. Aparat keamanan bersenjata lengkap itu terlihat mengawasi satu-persatu kendaraan yang melintas di depan gereja untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Sementara itu, pasca pelaksanaan eksekusi mati terhadap Amrozi dkk, aktivitas warga di ibukota kabupaten bekas konflik bernuansa SARA ini tetap berjalan lancar. Kegiatan jual-beli di Pasar Sentral "Sintuwu Maroso" Poso misalnya, sejak pagi hingga siang hari tetap ramai seperti hari biasa. Demikian halnya dengan toko-toko di pusat perbelanjaan lain. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sebab dimana-mana banyak aparat keamanan melakukan penjagaan," kata Ny Mirna, warga dari Kelurahan Gebangrejo saat ditemui di Pasar Sintuwu Maroso. Namun demikian, tak sedikit warga kota Poso mengeluhkan ketatnya pemeriksaan yang dilakukan aparat keamanan menjelang dan setelah pelaksanaan eksekusi mati terhadap tiga terpidana kasus Bom Bali I, terutama di perempatan jalan dan pintu masuk-keluar kota Poso. "Masakan hanya menaiki sepeda motor menuju pasar di seberang sungai (Poso), harus menjalani pemeriksaan macam-macam oleh aparat di tengah jalan. Ini sudah berlebihan," keluh Udin, warga Kelurahan Bonesompe.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008