Canberra (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo berjanji segera menfasilitasi pertemuan para rektor universitas negeri dan swasta di Indonesia dengan para pimpinan perguruan tinggi di Australia bagi pengembangan kerjasama saling menguntungkan. Pertemuan awal para pimpinan perguruan tinggi kedua negara untuk membahas berbagai peluang pengembangan kerjasama di bidang pengajaran, penelitian, dan penerbitan hasil riset bersama itu akan dilakukan melalui telekonferensi, katanya. Rencana penyelenggaraan telekonferensi bagi para rektor Indonesia-Australia itu mengemuka dalam pertemuan delegasi Diknas RI dengan Pimpinan "Universities Australia", Dr.Glenn Withers, di sekretariat forum rektor Australia di Canberra, Senin. Kepada ANTARA yang menemuinya seusai pertemuan itu, Bambang Sudibyo mengatakan, pihaknya tidak membatasi jumlah rektor perguruan tinggi negeri dan swasta Indonesia yang akan terlibat dalam telekonferensi itu nantinya. "Kami tidak membatasi jumlah perguruan tinggi yang mau ikut pertemuan tersebut. Siapa yang mau maju silahkan ikut," katanya. Mendiknas mengatakan, pihaknya juga akan mendorong para rektor universitas negeri dan swasta Indonesia untuk secara langsung bertemu mitra mereka di Australia guna mengembangkan kerja sama saling menguntungkan di berbagai bidang. Dalam pertemuan yang menjadi rangkaian program kunjungan empat hari Mendiknas di Canberra itu, hadir Dirjen Pendidikan Tinggi Dr. Fasli Jalal, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Suyanto, dan Kabiro Perencanaan dan Kerja Sama Internasional Diknas RI, Dr. R.Agus Sartono, MBA, Pejabat Sementara Adikbud RI di KBRI Canberra, Yoni Utomo. Selain itu, hadir pula Rektor UI Prof.Dr. Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor UGM Prof.Ir. Sudjarwadi, MEng, PhD., Rektor ITB, Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso, MSc, Rektor IPB Prof.Ir. Herry Suhardiyanto, MSc, Rektor Undip Prof.R.dr. Soesilo Wibowo, S.Med.SP.And, dan Purek I Unair Prof.Dr. Muhammad Zaiunuddin, Apt. Berbagai isu Berbagai isu yang terkait dengan asal anggaran perguruan tinggi, sumber anggaran untuk riset, peran pemerintah federal, hak karya intelektual, komersialisasi produk riset, dan pengembangan program gelar ganda mengemuka dalam pertemuan yang berlangsung sekitar tiga jam itu. Mendiknas Bambang Sudibyo sempat pula menyinggung isu peringatan perjalanan (travel advisory). Menanggapi masalah ini, Pimpinan "Universities Australia" Dr.Glenn Withers mengatakan, pihaknya menilai peringatan perjalanan level empat pemerintah Australia kepada Indonesia merupakan masalah serius. Pada kesempatan itu, Dirjen Dikti Dr. Fasli Jalal antara lain menekankan kesiapan sejumlah universitas terkemuka di Indonesia menerima lebih banyak mahasiswa Australia mulai dari penyediaan asrama mahasiswa yang layak higa lingkungan kampus yang aman. Rektor UGM Prof. Sudjarwadi menanyakan perihal kedudukan hak kekayaan intelektual karya-karya yang dihasilkan dari proyek riset kolaboratif peneliti Australia dan Indonesia, sedangkan Rektor UI Prof. Gumilar menanyakan peluang kerja sama riset kolaboratif untuk merespons masalah-masalah krusial seperti krisis energi dan pangan, serta perubahan iklim. Menanggapi beragam pertanyaan dan harapan pihak Indonesia, Dr. Glenn Withers berjanji menindaklanjuti semuanya sesuai dengan fungsi, kedudukan dan peran institusi yang dipimpinnya dan sistim kependidikan Australia. Dalam masalah kerja sama riset dan komersialisasi produk riset misalnya, setiap perguruan tinggi di Australia memiliki strategi khusus masing-masing. Universitas Queensland di Brisbane merupakan contoh yang baik tentang kolaborasi dan komersialisasi produk riset, katanya. Selama empat hari di Canberra, Mendiknas juga menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama bidang pendidikan dan pelatihan dengan Wakil Perdana Menteri yang juga Menteri Pendidikan Australia Julia Gillard, serta bertemu mahasiswa dan masyarakat Indonesia di KBRI Canberra. Mendiknas Bambang Sudibyo dan rombongan direncanakan kembali ke Tanah Air Selasa. (*)

Copyright © ANTARA 2008