Pontianak (ANTARA News) - Sebanyak 4.200 kecamatan di seluruh Indonesia telah memiliki Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (PKRR) yang ditempatkan di berbagai sekolah dan pesantren serta lembaga kemasyarakatan untuk memberi pemahaman kepada remaja pentingnya kesehatan reproduksi. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Pusat M Basir Palu di Pontianak, Selasa, mengatakan bahwa pemahaman kesehatan reproduksi remaja di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Dalam sebuah survei yang melibatkan lebih dari 24 ribu responden remaja di seluruh Indonesia pada 2007, sebanyak enam persen diantaranya pernah berhubungan intim sebelum menikah. Satu persen melakukan aborsi. Lebih dari 50 persen remaja meminta alat kontrasepsi. Ia mengatakan, melalui PKRR diharapkan akan muncul pendidik-pendidik sebaya. Harapannya agar remaja mau terus-terang tentang masalah seputar kegiatan reproduksinya. Menurut dia, remaja cenderung tertutup untuk membicarakan hal-hal seputar reproduksi dengan orang-orang terdekat seperti orangtua atau saudara kandung. Mereka lebih memilih untuk membicarakannya dengan rekan sebaya yang belum tentu memberikan pemahaman secara benar. Namun, lanjut dia, PKRR mempunyai sejumlah kendala diantaranya rentang waktu remaja di tingkat sekolah menengah yang kisarannya rata-rata dua tahun efektif. "Ini cukup singkat," kata M Basir Palu. Ia menambahkan, meski PKRR telah ada di 4.200 kecamatan namun ada beberapa tahapan Lanjutan. "Sekarang, tahapannya tumbuh. Selanjutnya harus tegak, lalu tegar," kata dia. Kepala BKKBN Kalbar, Siti Fathonah mengatakan, untuk Kalbar sudah terdapat 62 PKRR. "Yang terbanyak di Kota Singkawang, ada di tiap kecamatan," kata Siti Fathonah. Selain di sekolah, PKRR juga memanfaatkan sentra-sentra Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang ada di tiap kabupaten/kota.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008