Yogyakarta (ANTARA News) - Bangsa Indonesia harus melakukan terobosan untuk bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi maupun sosial, kata salah seorang motivator Indonesia, Rhenald Kasali. "Terobosan itu perlu dilakukan, mengingat masyarakat Indonesia saat ini cenderung frustasi dan kurang bersemangat untuk melakukan perubahan guna memperbaiki kondisi," katanya ketika menyampaikan orasi budaya bertema "Melakukan perubahan dan manajemen negara" di Yogyakarta, Selasa malam. Ia mengatakan saat ini budaya curiga lebih dominan, baik di tingkat elite politik maupun di masyarakat, sehingga dapat diibaratkan kekuasaan presiden saat ini sudah digerogoti dan tidak kuat lagi siapapun presidennya, apalagi DPR sangat berkuasa. Kata dia, pada zaman pemerintahan Soeharto, penguasa menerapkan sistem sentral ekonomi. Tetapi, bukan konsep komunis yang dijaga oleh militer, sehingga kebijakan ini cukup kuat. Sedangkan saat ini konsep tersebut lebih banyak pada `desentralized` atau `market ekonomi`, dimana aktor utama dalam konsep itu adalah konsumen, baru kemudian rakyat atau pemerintah daerah. Pada sistem sentral yang diterapkan ini yang diutamakan adalah pusat. "Saat memang aneh, dimana APBN selalu devisit, tetapi 80 persen APBD justru surplus, sehingga untuk membangun serta memulai mengembangkan perubahan akan lebih baik atau lebih menjanjikan jika dimulai dari daerah," katanya. Menurut dia, saat ini tingkat loyalitas sudah sulit diharapkan, dan lebih didominasi oleh kompetisi yang mulai berkembang ke mana-mana. Ia mengatakan budaya jalan pintas yang selama ini banyak diandalkan dan tidak mau bekerja keras, harus dirombak dan diganti dengan terobosan untuk mencari atau menemukan hasil yang lebih baik. Budaya-budaya konflik yang dulu atau yang saat ini sering mengemuka harus dihilangkan dan diganti dengan kolaborasi. Kemudian budaya saling curiga harus dipupus dengan sikap saling percaya. "Budaya mencela yang sekarang banyak dilakukan seperti terkait dengan kebijakan, harus segera diganti dengan sikap mendukung. Begitu pula budaya pengerahan massa, harus digeser dengan dialog-dialog," katanya. Kata dia, untuk mencapai cita-cita dan perubahan yang lebih baik, tidak cukup hanya mengandalkan popularisme, tetapi harus ditopang dengan prestasi serta menghapus budaya prosedur, dan digantikan dengan hasil. "Sebab, prosedur yang saat ini ada sudah sangat tua dan telah menggurita, sehingga justru menghambat pencapaian hasil," katanya. Ia mengatakan saat ini yang harus dipupuk adalah rasa percaya yang akan menumbuhkan percaya diri, sehingga akan ada kepercayaan. "Dengan cara ini, keterpurukan akan dapat diatasi bersama-sama," katanya. Rhenald Kasali pada kesempatan itu mengatakan, ini merupakan yang pertama kali dirinya melakukan orasi budaya. Sebelumnya, dirinya sempat ragu dan membayangkan orasi budaya seperti yang dibawakan WS Rendra.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008