Jakarta (ANTARA News) - Ketua bidang Ekonomi DPP Partai Demokrat Darwin Zahedy Saleh menyatakan, program revitalisasi pertanian pemerintahan Yudhoyono sudah mulai menunjukkan hasil-hasil konkretnya, diantaranya, swasembada beras tahun ini akan melampaui target produksi yang ditetapkan. "Bagi kalangan yang terus mengikuti program pembangunan pertanian akhir-akhir ini sudah bisa memperkirakan bahwa tahun 2008 produksi padi mencapai 59,8 juta ton. Ini merupaka satu kemajuan yang berarti bila dibanding produksi tahun 2007 yang mencapai 57 juta ton," kata Darwin di Jakarta, Kamis. Namun, Darwin yang juga ekonom UI itu menambahkan, ternyata indikasi akhir-akhir ini justru menunjukkan produksi padi yang akan dicapai sebanyak 60,28 juta ton. "Ini relatif dibanding kebutuhan beras dalam negeri maka artinya kita segera berswasembada beras," ujarnya. Artinya pula bahwa selama empat tahun pemerintahan SBY ini, keberpihakan kepada bahagian terbesar rakyat di pedesaan, pertanian dan sektor UMKM sudah dikonkretkan dalam berbagai program pro rakyat. Pembangunan pertanian, lebih lanjut dia mengatakan, secara konkret bisa dilihat pada meningkat pesatnya luas lahan dari 10,8 juta hektar diawal pemerintahan SBY menjadi 12,4 juta hektar pada saat ini serta produksi padi dari 51,2 juta ton meningkat jadi 60 juta ton. Selain itu, subsidi pupuk dari 5,7 juta ton juga meningkat menjadi 8,7 juta ton. "Di balik itu, kerja bersama pemda, PU, Deptan dan berbagai kalangan membina gabungan kelompok tani, menyiapkan 70 ribu penyuluh pertanian di 70 ribu desa, pembagian benih dan lain sebagainya adalah kerja kongkret mewujudkan keberpihakan pada pertanian yang merupakan salah satu agenda penting nasional pemerintahan SBY," katanya. Ditegaskannya bahwa fokus pembangunan ekonomi yang tumbuh dengan berkeadilan harus meletakkan titik berat perhatian dibidang pertanian dan program revitalisasi pertanian pemerintahan SBY adalah suatu konsep pembangunan pertanian yang terpadu. "Ke depan, program yang baik bagi kita semua itu harus didukung bersama-sama dan bangsa ini tentunya tidak ingin persoalan kelangkaan pupuk masih terus terjadi," katanya. Soal kelangkaan pupuk itu, menurut dia, bukanlah soal tidak ada pupuk atau kurangnya anggaran, tetapi lebih mencerminkan kelemahan bangsa Indonesia sendiri, khususnya pemda-pemda dalam mengelola keseimbangan dan distribusi pupuk di wilayahnya. "Di sinilah tantangan bagi partai-partai yang sebelumnya sudah mengusung cagub/cabup agar mampu menjewer `jago`-nya yan setelah terpilih tidak sungguh-sungguh memperhatikan rakyat atau petani," demikian Darwin.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008