Rafah, Perbatasan Mesir-Palestina, (ANTARA News) - Sekurang-kurangnya empat bom menggetarkan Rafah, perbatasan Mesir-Palestina, pada Senin sekitar pukul 18.15 waktu setempat atau Selasa dinihari pukul 00.15 WIB.

Wartawan ANTARA Andi Jauhari dari perbatasan Rafah melaporkan, tanda-tanda bom akan dijatuhkan pesawat tempur Israel sudah terasa sejak pesawat-pesawat intai --yang ditandai dengan bunyi semacam sirine--terus melakukan manuver.

Setelah serangan bom pertama, terlihat ledakan api yang sinarnya menerangi kegelapan malam dan diikuti asap membubung tinggi. Setelah itu masih terjadi tiga kali ledakan lagi, yakni pukul 18.17, pukul 18.35 dan sekira pukul 20.00 waktu setempat.

Bunyi dentuman kedua yang sangat keras disertai getaran yang mengguncang pintu perbatasan Rafah itu, bersamaan dengan suara adzan Isya, dan suasana hening sesaat.

Ketika serangan bom itu terjadi, ANTARA dan TV One sedang mewawancarai dua anggota parlemen Mesir, yang juga anggota "Ikhwanul Muslimin" (IM) yakni Yusro Muhammad Bayumi dan Dr  Farid Ismail, yang berada di Rafah untuk melihat langsung dan memastikan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina dapat dibawa ke Jalur Gaza.

Kedua anggota parlemen Mesir itu sempat terkejut saat dentuman keras bom yang dijatuhkan pesawat tempur Israel memborbardir kawasan Palestina, dan meminta wawancara dihentikan sejenak.

Keterkejutan juga terlihat pada sekelompok polisi penjaga perbatasan di Rafah yang  sempat melontarkan kalimat "Allahu Akbar" dan "Masya Allah", sedangkan sejumlah sopir lainnya, tampak terbiasa.

Seorang pengemudi yang berada di Rafah bernama Mu`taz saat ditanya apakah dirinya merasa takut atas serangan bom-bom itu, dengan tegas menjawab, "Tidak..tidak, saya tidak takut sama sekali," katanya.

Menurut dia, sejak serangan Israel ke Palestina tanggal 27 Desember 2008 hingga kini --dan bahkan pada konflik Palestina-Israel sebelumnya--warga di perbatasan sudah sering merasakan kondisi yang sama.

Wartawan Metro TV Mahendro Wisnu Wardono, yang sempat mengabadikan gambar ledakan, berupa warna kuning terang menyala, mengaku bahwa ia sempat merasakan panas di wajahnya sebagai dampak jatuhnya bom di wilayah perbatasan Mesir-Palestina itu.

"Meski jarak bom jatuh diperkirakan 1 sampai 3 Km, namun pengaruh
panasnya sempat saya rasakan," katanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009