New York (ANTARA News) - Harga saham pada perdagangan Kamis di New York (Jumat pagi WIB) berbalik melonjak untuk mengakhiri transaksi penuh tekanan jual dalam tiga hari berturut-turut di mana indeks S&P 500 dan Nasdaq sempat menyentuh rekor terendah dalam lima tahun menyusul kekhawatiran pada melambatnya ekonomi. Mengakhiri sesi paling bergejolak, saham-saham perusahaan energi memimpin kenaikan indeks setelah harga minyak pulih kembali menyusul keputusan OPEC memangkas produksi. Chevron, Stock Buzz dan Exxon Mobil menjadi pendorong utama melonjaknya indeks Dow Jones ke posisi tertingginya hari ini, sementara harga minyak naik lebih dari 5 persen di atas 59 dolar AS per barel dalam perdagangan pasca penyelesaian kontrak. Namun para analis mengatakan, kabar mengenai kondisi umum perekonomian tetap muram setelah Intel Corp memangkas proyeksi pendapatannya sehingga mengindikasikan bahwa perekonomian global yang lagi sakit telah menurunkan animo belanja produk teknologi baik di kalangan bisnis maupun konsumen. Pada perdagangan Kamis waktu AS Timur (EST), indeks S&P sempat jatuh di bawah level penutupan 10 Oktober yang merupakan terendah sejak Maret 2003, satu sentuhan teknikal di mana para pialang percaya harga akan menemukan "support" jangka pendeknya di level itu. Demikian pula dengan Dow Jones yang sempat jatuh di bawah 8.000 poin, sementara S&P dan Nasdaq karam melewati level terendah selama 2008 di bulan Oktober. "Kabar fundamental ekonomi saat ini mengerikan," kata Phil Orlando, kepala strategi pasar ekuitas pada Federated Investors di New York, seraya menambahkan pasar telah menghentikan sendiri ledakan rusaknya harga setelah mencapai level "support" yang diperkirakan para pialang berada di dasar terendah yang tercetak pada 10 Oktober 2008 itu. Orlando memastikan bahwa kenaikan indeks saham Kamis ini (Jumat WIB) tidak ada kaitannya dengan keadaan fundamental ekonomi saat ini karena memang murni didorong faktor teknikal pasar yang otomatis bereaksi balik semata karena modal mesti bergerak, tidak terkunci lama di satu level (tidak terus-terusan naik atau tidak terus-terusan turun). Pada perdagangan Wall Street terakhir ini, indeks Dow Jones terlontar 552,59 poin atau 6,67 persen ke level 8.835,25, S&P's 500 melonjak 6,92 persen menjadi 911,29 poin, sedangkan Nasdaq merangsek 97,49 poin menjadi 1.596,70. Tiga indeks acuan utama ini berayun dalam interval pergerakan harga yang sangat lebar dari yang tertinggi ke terendah di mana S&P bergerak dalam kisaran 818,69 - 913,01 poin, Dow Jones bahkan berlayar di sepanjang 911,7 poin, sedangkan Nasdaq bergerak dalam pita transaksi sepanjang 168,16 poin. Harga saham Chevron melompat 12,5 persen menjadi 75,71 dolar AS per saham, sementara Exxon meningkat 9,4 persen ke posisi 75,41 dolar AS. Akibatnya, indeks S&P untuk saham-saham sektor energi ini melonjak 11,1 persen. Di bursa Nasdaq, harga saham Intel berbalik naik dari penutupan sebelumnya 14,43 dolar AS atau naik 6,7 persen dibanding sehari lalu. Naiknya Intel ini mendorong aksi beli serupa pada saham-saham teknologi tinggi lainnya sehingga semua harga naik. Rabu kemarin (Kamis pagi WIB), setelah penutupan perdagangan, Intel langsung memangkas proyeksi pendapatannya karena permintaan dunia pada produk-produk teknologi informasi sedang menurun. Saham-saham IT lain yang naik selain Intel adalah Microsoft 4,7 persen menjadi 21,25 dolar AS. sementara saham Apple terangkat 7 persen di level 96,44 dolar AS. Citigroup Inc yang tengah disayat rugi meski tetap penyumbang terbesar pada indeks Dow Jones, terkikis 2 persen di level 9,45 dolar AS setelah pasar menerima kabar para direksinya tidak puas pada kinerja bank ini dan kemungkinan mengganti pimpinan bank raksasa ini. Namun, dewan direksi malah menyampaikan dukungan penuh terhadap kepemimpinan bos Citiigroup, Win Bischoff. Di sektor manufaktur, General Motors jatuh 4,2 persen menjadi 2,95 dolar AS setelah Goldman Sachs menunda rilis peringkat perusahaan itu seraya menyebut produsen otomotif itu tengah memerlukan dana bantuan pemerintah setidaknya 22 miliar dolar AS. Sebaliknya, Wall Mart Stores Inc naik 4,4 persen menjadi 54,93 dolar AS setelah selama sesi perdagangan kemarin bolak balik di antara teritori negatif dan positifnya. Perusahaan ritel terbesar dunia dan salah satu komponen Dow Jones ini dikabarkan menanggguk laba kuartalan yang lebih baik dari perkiraan semula di triwulan ketiga ini, kendati perusahaan tetap menurunkan prediksi laba tahunannya. Berkaitan dengan proyeksi negatif perekonomian makro, laporan pemerintah menunjukkan angka pengangguran akibat krisis kredit mencapai rekor tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, tepatnya pada minggu-minggu pertama pasca Serangan 11 September 2001. Perdagangan saham di bursa New York (NYSE) terbilang aktif dengan 1,99 miliar saham dipindahtangankan atau di atas perkiraan rata-rata harian tahun lalu sebesar 1,90 miliar lembar saham. Volume itu juga adalahyang terbesar dalam empat pekan terakhir. Sementara di Nasdaq, saham yang ditransaksikan mencapai 3,01 miliar lembar atau di atas rata-rata harian tahun lalu sebesar 2,17 miliar helai saham. Rasio saham naik terhadap saham turun baik di NYSE maupun di Nasdaq mencapi lebih dari 2:1. (*) (Sumber Reuters)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008