Jakarta (ANTARA News) - Musisi terkenal Leo Kristi tampil nonstop 2,5 jam di hadapan sekitar 250 penggemar fanatiknya dalam konser tunggal yang digelar Lanvande Residence di Jakarta, Sabtu. Pertunjukan yang dimulai pukul 14.00 WIB itu berakhir pada pukul 16.45 setelah sang `troubador` didaulat penggemarnya untuk terus membedah lagu-lagu rakyat yang pernah dipopulerkannya sejak tahun 1977-an. Sekitar 35 lagu dinyanyikan sosok yang bernama lengkap Leo Imam Soekarno ini didampingi dua vokalis pembantunya Ryan Sendangsari (Jakarta) dan Cecilia Francisca yang didatangkan khusus dari Bali. Diawali dengan tembang "Jabat Tangan Erat-erat" yang menjadi ciri khas lagu pembuka dengan gitar tunggalnya, lantunan lirik lagu-lagu dari pemusik langka itu terus diikuti oleh para penggemarnya. Hingga memasuki tembang-tembang berikutnya seperti "Nyanyian Tanah Merdeka", "Memorial Soedirman", "Isa Tani", dan "Gulagalugu Suara Nelayan", para penggemarnya tampak hanyut seperti tengah membongkar sebuah perjalanan memori yang manis karena lagu-lagunya yang bernafaskan lagu rakyat dan menyentuh nurani. "Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Leo Kristi bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November. Pementasan Leo Kristi sangat jarang," ujar General and Sales Marketing Lavande Residence, Roberto Gani. Acara itu sendiri digelar sejak pagi hari dengan mengetengahkan pawai sekitar 100 sepeda ontel. Gelaran ini untuk memaknai bahwa berkendaraan sepeda masih pantas dilakukan sebagai sarana transportasi yang mengandung hikmah memberi kesehatan dan menghindari polusi udara. Memasuki pukul 16.00 sebenarnya konser Leo sudah dijadwalkan usai. Namun lagi-lagi para penggemarnya mendaulat Leo untuk menambah lagu-lagunya dan muncullah "Serambi Laut Biru", "Salam Dari Desa", "Anna Rebana", "Diatas Bukit Utara", "Nyanyian Fajar" dan atau "Lewat Kiara Condong" dimana Ryan turut membantu memetik gitarnya. Roberto Gani pun meski telah menutup acara tidak ketinggalan ikut-ikutan meminta Leo dan kawan-kawan melantunkan lagu "Maria". Kegandrungan segelintir orang akan "kesakralan" tembang-tembang Leo Kristi telah mendorong terbentuknya semacam fans klub "L-Ker`s" dan milis Leo Kristi Fans Club yang dibentuk sejak dua tahun lalu dan diprakarsai oleh Amir Husein Zaili, Setyadi dan kawan-kawan. Gelintir orang inilah yang senantiasa hadir dalam setiap pementasan Leo Kristi khususnya di Ibukota Jakarta, bahkan pernah memprakarsai pementasan "Tribute To Leo Kristi" di Taman Ismail Marzuki pada tahun lalu yang berhasil menghimpun dana mandiri sebesar Rp63 juta untuk menutupi kebutuhan operasional pementasan. "Penggemar Leo Kristi adalah `orang-orang gila`. Bahkan belum naik ke atas pentas pun rohnya seperti sudah hadir di atas pentas," sebut Setyadi. Dalam pementasan kemarin ada sejumlah penonton yang sengaja datang dari Bandung, Surabaya, Tasikmalaya, Balikpapan bahkan dari Australia. Kecintaan seorang penggemarnya bahkan diwujudkan dengan dibuatkannya musik instrument beberapa buah lagu Leo Kristi yang digarap pemusik Keyboard Entertaintment "VIC Collections". "Pementasan Leo Kristi selalu membangkitkan semangat patriotisme dan menyuguhkan potret kehidupan kita yang nyata. Musiknya selalu menghadirkan roh kehidupan realita. Kadang sarkastis, romantis dan juga merupakan kontemplasi antara seni dan sastra," ujar Setyadi. Setyadi menyayangkan dalam situasi global seperti ini, meski masih ada musisi yang berjiwa patriotis tetapi justru kalangan industri rekaman malah menjauh. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008