Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Dua ledakan bom di Afghanistan selatan menewaskan lima warga sipil dan dua polisi, Senin, kata sejumlah pejabat, dalam serangan-serangan yang serupa dengan pemboman lain yang dilakukan gerilyawan Taliban. Dalam satu serangan, seorang pembom bunuh diri yang memakai seragam polisi meledakkan dirinya di pintu gerbang sebuah bangunan pemerintah di provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, menewaskan dua polisi dan seorang warga sipil, kata jurubicara provinsi itu, Zalmai Ayobi, kepada AFP. Pelaku meledakkan bom yang diikatkan di tubuhnya setelah ia dicegah polisi memasuki kantor pemerintah daerah Dand yang berbatasan dengan kota Kandahar, kata jurubicara itu. "Dua polisi dan seorang warga sipil tewas dan dua orang polisi di tempat itu cedera," kata Ayobi. Pejabat itu menyalahkan serangan tersebut pada Taliban. Kelompok garis keras itu, yang telah mengklaim bertanggung jawab atas hampir semua serangan terhadap pihak berwenang, belum memberikan pengakuan segera atas pemboman tersebut. Di tempat lain di Kandahar, sebuah bom pinggir jalan meledak di dekat konvoi Tentara Nasional Afghanistan di distrik Panjwayi, menewaskan empat warga sipil, kata Ayobi tanpa mengidentifikasi korban-korban itu. Salah seorang prajurit dan delapan warga sipil lain cedera, katanya. Provinsi Kandahar merupakan tempat lahirnya Taliban pada awal 1990-an. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom-bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut. Dalam salah satu serangan paling berani, gerilyawan tersebut menggunakan penyerang-penyerang bom bunuh diri untuk menjebol penjara Kandahar pada pertengahan Juni, membuat lebih dari 1.000 tahanan yang separuh diantaranya militan berhasil kabur. Puluhan ribu prajurit koalisi pimpinan AS dan pasukan ISAF pimpinan NATO berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi Taliban dan sekutu mereka. Tahun ini Taliban meningkatkan serangan-serangannya di Afghanistan. Hampir 1.500 warga sipil termasuk diantara lebih dari 4.000 orang yang tewas dalam konflik di Afghanistan sepanjang tahun ini. Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam ISAF pimpinan NATO, demikian AFP //(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008