New York, (ANTARA News - Dewan Keamanan PBB hari Kamis menyetujui pengiriman 3.000 prajurit militer dan polisi untuk membantu mengakhiri pertempuran di wilayah timur Republik Demokratis Kongo (DRC).

DK mengatakan, pasukan baru itu bisa  ditempatkan mulai 31 Desember dan lama mereka bertugas bergantung pada situasi keamanan di daerah-daerah Kivu di DRC timur.

Penambahan pasukan itu diminta oleh Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon untuk menjaga sebuah zona pemisah antar pihak-pihak yang berperang di Kongo timur,  di mana pertempuran telah mengganggu seluruh kawasan dan menterlantarkan puluhan rubu warga Kongo.

Misi PBB di Kongo (MONUC) saat ini mencakup lebih dari 17.000 prajurit militer, namun mereka tersebar di kawasan luas di DRC. DK menyatakan, MONUC bisa menyusun ulang penempatan mereka dengan tujuan melindungi penduduk sipil.

Alan Doss, utusan khusus PBB untuk Kongo, mengatakan, Selasa, pasukan MONUC akan ditempatkan bersama pasukan tambahan itu di Nord-Kivu, lokasi pertempuran saat ini.Ia mendesak DK PBB segera mensahkan pengiriman pasukan tambahan itu.

Rabu, pasukan penjaga perdamaian PBB itu dikabarkan bentrok dengan milisi pro-pemerintah DRC yang menyerang mereka di wilayah timur yang dilanda kerusuhan. Gerilyawan menembaki dua kendaraan lapis baja PBB, kata Letkol Jean-Paul Dietrich, jurubicara MONUC.

Namun, milisi itu menuduh pasukan penjaga perdamaian yang memulai penembakan. Bentrokan itu terjadi ketika pemberontak yang dipimpin Laurent Nkunda menarik diri dari sejumlah distrik di provinsi Nord-Kivu, dimana pemberontakan baru terhadap pemerintah meningkat dalam beberapa pekan terakhir ini.

Kelompok pemberontak itu tetap melakukan penekanan terhadap Goma, ibukota provinsi tersebut. Pasukan PBB dan milisi pro-pemerintah Mai-Mai terlibat dalam tembak-menembak di sebuah pasar di Kibututu, sekitar 80 kilometer sebelah utara Goma.

Dietrich mengatakan, pasukan PBB "membalas dengan tembakan senjata ringan" setelah mereka ditembaki oleh milisi tersebut, dan ia menekankan bahwa ini dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban-korban sipil di pasar itu. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008