Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Dosen Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Wahono menciptakan tiga jenis pesawat tanpa awak (drone) berteknologi canggih untuk mendukung dunia pertanian yang lebih modern di Indonesia.

"Drone yang pertama adalah Motodoro MX berjenis Flying Wing dengan kemampuan yang lebih efisien karena sekali terbang bisa memetakan sekitar 700 hektare," kata Wahono saat ditemui di Malang, Senin.

Pesawat kedua adalah Farm Mapper yang memiliki kemampuan terbang serta landing vertikal dengan daya jangkau 400-500 hektare dan drone ketiga adalah Spraying Robot Indonesia (SRI) yang berfungsi untuk aplikasi pupuk dan pestisida.

Baca juga: Ilyas Masudin, dosen pertama UMM tersertifikasi "ASEAN Engineer"

Menurut Wahono, aplikasi untuk pupuk dan pestisida oleh SRI ini cerdas, karena ia hanya menyemprot pada tempat yang membutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan dengan kapasitas 23 liter. Luas lahan yang bisa dijangkau sekitar 10 hektare dalam 1 jam.

Sedangkan data tanaman yang membutuhkan pupuk serta pestisida itu, lanjut Wahono, didapatkan dari Farm Mapper maupun Motodoro MX.

Selain itu, SRI juga memiliki sistem kerja yang mewakili mata dan berfungsi melakukan pemilahan atas tanaman yang sehat dan yang berpenyakit. Karena SRI memiliki sensor yang lebih presisi, lebih akurat secara kuantitatif.

Jadi, kata Wahono, dari sensor itu bisa menganalisis tingkat kesehatan tanaman, sehingga lebih objektif, tanpa perlu turun ke lapangan.

Dikembangkannya model pertanian pintar melalui 3 jenis drone ini, Wahono berharap mampu menyelesaikan berbagai persoalan pertanian di Indonesia. "Lewat model pertanian ini kita bisa meningkatkan produktivitas tanaman serta mengefisiensi biaya," ucapnya.

Baca juga: Empat dosen UB ciptakan "tracking" kuliner tersertifikasi halal

Tiga drone untuk bidang pertanian ciptaan Wahono tersebut diapresiasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Prof Muhadjir Effendi.

"Saya sangat senang dengan penemuan ini, dan saya rasa ini tinggal mendisiminasi. Jadi tinggal digunakan secara betul agar bisa diadopsi oleh para petani, karena kecepatannya bisa berkali-kali lipat dibandingkan dengan tenaga manual," kata Muhadjir.

Oleh karena itu, kata Muhadjir, drone-drone tersebut sudah layak untuk didiseminasikan ke masyarakat dan harus segera dipatenkan.

Sementara itu, Rektor UMM Dr Fauzan mengemukakan sejak awal tahun 2017, Farm Mapper maupun Motodoro MX telah diproduksi massal dengan kapasitas produksi sebanyak 40 buah tiap tahunnya. Harga dimulai dari Rp62 juta hingga Rp250 juta rupiah.

Sementara drone SRI juga akan diproduksi masal setelah selesai tahap pengembangan. "Dengan adanya temuan seperti ini, tentu akan sangat penting bagi pertanian kita ke depan," kata Fauzan.

Baca juga: Dosen UMM pecahkan rekor MURI pemilik HKI terbanyak se-Indonesia
Baca juga: Dosen UMM buat permen khusus untuk tingkatkan kualitas susu sapi perah
Baca juga: Dosen UMM temukan krim anti-mastitis untuk sapi perah

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020