Jakarta (ANTARA News) - Banyak orang meyakini bahwa mengubah keadaan kadang tidak cukup dengan perkataan, bahkan dengan perkataan keras sekalipun, namun dibutuhkan tindakan. Begitu juga KH Zainuddin MZ yang semula berdakwah keagamaan, kemudian memasuki dunia politik dengan bergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Namun tak lama di partai ini, dia kemudian mendirikan PPP Reformasi bersama Zaenal Maarif dan Djafar Badjeber. Nama PPP Reformasi dianggap hampir menyamai nama PPP sehingga kalau ingin mengikuti Pemilu 2004, maka PPP Reformasi harus mengganti nama. Karena itu, lahirlah Partai Bintang Reformasi (PBR), nama baru PPP Reformasi yang dideklarasikan 20 Januari 2002.

Perubahan nama dari PPP Reformasi menjadi PBR ditetapkan pada Muktamar Luar Biasa PPP Reformasi di Jakarta pada April 2003, untuk menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. KH Zainuddin MZ yang semula menjabat Ketua Umum PPP Reformasi tetap menempati posisinya di PBR. Zaenal Maarif menjabat salah ketua dan Djafar Badjeber menjabat Sekjen.

Dengan soliditas yang dimiliki, partai ini memasuki babak baru dengan mengikuti Pemilu 2004. Pada Pemilu 2004 PBR--dengan figur KH Zainuddin MZ--berhasil meraih 2.764.998 suara dan memperoleh 14 kursi DPR RI, 67 kursi DPRD provinsi dan 420 kursi DPRD kabupaten/kota.

Dengan perolehan suara 14 kursi, PBR berhak membentuk satu fraksi di DPR RI dengan nama Fraksi Partai Bintang Reformasi (F-PBR).

Munculnya PBR seakan menjadi bintang baru di DPR, meski baru dua tahun berdiri, sudah langsung berhasil membentuk satu fraksi di DPR.

Zainuddin MZ tidak menjadi bagian dari gerbong Fraksi PBR di DPR. Dia tetap memilih menjadi ketua umum partai. Meski demikian, komposisi Fraksi PBR DPR sudah bertabur bintang. Publik mengenal Zaenal Maarif, Bahrum Rasyir, Ade Daud Nasution, Burzah Sarnubi atau Diah Devawati Ande.

Mereka adalah bintang-bintang baru yang menghiasi kiprah DPR di mata publik. Bintang baru itu melejitkan nama PBR menjadi semakin bersinar terang.

Hal itu ditunjukkan dengan keberhasilan Zaenal Maarif sebagai Wakil Ketua DPR, Bursah sebagai Ketua Fraksi PBR, Diah Devawati sebagai Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) dan Ade Daud Nasution yang kerap mengejutkan dengan manuver politiknya.

Babak Baru

Tetapi politik adalah kepentingan. Dari sini, tampak jelas bahwa dalam politik tidak ada teman abadi. Yang ada adalah kepentingan. Konflik internal pun kemudian dialami PBR. Zaenal berseteru dengan KH Zainuddin MZ hingga berujung pada Muktamar Luar Biasa (MLB) di Bali pada April 2006.

Namun obsesinya menjadi ketua umum menggantikan Zainuddin MZ kandas karena rivalitas di MLB Bali justru dimenangi Bursah Zarnubi. Bursah kemudian berkonflik dengan Zaenal Maarif yang berujung pada pemecatan Zaenal dari anggota DPR, bahkan dari PBR.

Partai berlambang Kabah dalam lingkaran warna merah dan putih ini menghadapi babak baru menghadapi Pemilu 2009. Sejumlah tokohnya hengkang ke partai lain.

Zaenal yang telah diberhentikan kemudian menjadi Caleg Partai Demokrat (PD), Ade Daud diam-diam bergabung dengan Partai Amanat Nasional (PAN), sedangkan Diah Devawati bergabung dengan PDIP.

Tetapi dinamika internal tidak mengganggu eksistensi PBR. Partai ini memang "kehilangan" beberapa nama yang bersinar di DPR, tetapi beberapa nama juga masuk menjadi caleg PBR.

Misalnya, tokoh LSM Dita Indah Sari yang menjadi Caleg PBR dari Jawa Tengah V, Yusuf Lakaseng (Sulawesi Tengah) dan Tjarda Mochtar yang semula bergabung dengan Golkar untuk Dapil Jambi. Babak baru ini tidak mengubah azas partai yang tetap Islam.

Menghadapi Pemilu 2009, PBR saat ini telah berhasil mengembangkan infrastruktur partai di 33 Provinsi dan mencakup 80 persen ranting (kelurahan/desa) di seluruh Indonesia. Pada Pemilu Legislatif 2009, partai ini bernomor urut 29.

Proporsi caleg PBR, yakni 45 persen perempuan dan 55 persen laki-laki, serta 70 persen usia 21 tahun-50 tahun dan 30 persen usia di atas 50 tahun.

Konvensi

Dunia politik adalah dunia gagasan dan dunia strategi. Setiap partai politik sarana untuk meraih dukungan publik. Setiap partai peserta Pemilu akan berusaha meraih suara signifikan.

Bursah optimistis PBR memperoleh target suara minimal 10 persen pada Pemilu 2009. Pada Pemilu 2004, PBR mendapatkan suara sekitar dua persen atau 14 wakil di DPR RI.

Mengenai calon presiden (capres), Bursah menyatakan, PBR akan mengajukan capres/cawapres. Bahkan tokoh yang akan dicalonkan PBR bisa berasal dari luar partai.

Penjaringan capres itu dilakukan melalui konvensi. "Capres peserta konvensi harus figur di luar pengurus PBR," kata Bursah yang selama ini juga dikenal sebagai tokoh LSM.

Menurut Bursah, konvensi capres PBR berbeda dengan sistem konvensi Partai Golkar 2004 yang hanya mengusung peserta dari tokoh internal partai. PBR mengusung tokoh eksternal partai mulai tingkat pengurus cabang (PC) PBR di kabupaten/kota.

Para peminat konvensi capres PBR telah diberi kesempatan untuk mendaftarkan diri mulai 23 September hingga 7 Oktober 2008. Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan konvensi daerah. Selanjutnya, dilakukan konvensi nasional yang menurut rencana akan berlangsung Maret 2009.

Bursah menuturkan, gagasan menggelar konvensi Capres merupakan salah satu cara PBR untuk menjawab harapan dan kejenuhan masyarakat menghadapi realitas politik saat ini. "Sekarang ini rakyat mulai bosan dengan politik dan demokrasi, karena setiap lima tahun yang dibicarakan itu-itu saja," katanya.

Karena itu, PBR berinisiatif menggelar konvensi untuk mencari dan menemukan capres melalui sebuah proses yang transparan dengan melibatkan partisipasi rakyat secara langsung. "Selama ini rakyat hanya disuruh memilih calon yang ditunjuk oleh Parpol. Sekarang kita ingin agar rakyat sudah terlibat sejak proses penjaringan capres," katanya.

Bagi PBR, tradisi demokrasi dalam hal pemilihan presiden setiap lima tahun, tidak sekadar memilih pemimpin baru, tetapi proses itu harus sekaligus memberikan pendidikan politik dan demokrasi kepada rakyat.

"Supaya rakyat 'melek' politik maka harus diberikan pendidikan politik. Itu merupakan salah satu tugas penting dari partai-partai politik," katanya.

Publik masih menanti siapa tokoh yang akan menjadi bintang dari konvensi ini. Penantian juga akan berujung pada apakah pemenang konvensi ini akan menjadi bintang pada rivalitas Pemilihan Presiden 2009. (*)

Kepengurusan
Ketua Umum : Bursah Zarnubi
Sekretaris Jenderal : Rusman HM Ali
Ketua DPP/Administrator : M Ikhsan Ingratubun

Didirikan/dideklarasikan : Jakarta, 20 Januari 2002
Nomor Urut : 29

Alamat
Jl. KH. Abdullah Syafi'i No. 2 Tebet, Jakarta Selatan
Telepon : (021) 8311715, 83702729,
Fax : (021) 8297496

Oleh Oleh Muryono
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008