Los Angeles, (ANTARA News) - Suatu studi menunjukkan bahwa remaja Amerika Serikat ternyata berada pada "tingkat yang tidaka diduga-duga" dalam hal berbohong, mencuri dan menyontek.

Hasil penelitian atas hampir 30.000 siswa sekolah menengah itu merupakan sesuatu yang pertanda jelek bagi mereka saat menjadi orang tua, jenderal, wartawan, staf eksekutif perusahaan, polisi dan dan politikus generasi mendatang, ungkap lembaga nirlaba Josephson Institute.

Dalam "2008 Report Card on the Ethics of American Youth", organisasi yang berpusat di Los Angeles tersebut, menyatakan jawaban para remaja itu atas pertanyaan mengenai berbohong, mencuri dan menyontek, mengungkapkan kebiasaan mengenai ketidakjujuran yang menjadi akar angkatan kerja masa depan.

Anak laki-laki didapati berbohong dan mencuri lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan.

Secara keseluruhan, 30 persen siswa mengaku mereka mencuri dari satu toko dalam waktu satu tahun terakhir, naik dua persen dari 2006.

Lebih dari sepertiga anak laki-laki (35 persen) mengatakan mereka pernah  mencuri barang, sedangkan anak perempuan yang mencuri berjumlah 26 persen.

Sebesar 83 persen siswa sekolah agama, swasta maupun negeri, mengaku berbohong pada orang-tua mereka mengenai sesuatu yang penting, jumlah lebih rendah yaitu 78 persen didapat dari siswa sekolah non-agama yang independen.

"Menyontek di sekolah terus merebak dan bertambah parah," kata studi tersebut. Di antara mereka yang ditanyai, 64 persen mengatakan mereka telah menyontek dalam tes, dibandingkan dengan 60 persen pada 2006. Dan 38 persen menyatakan mereka telah melakukannya dua kali atau lebih.

Kendati tak ada perbedaan jenis kelamin yang mencolok dalam masalah menyontek saat ujian, siswa dari sekolah independen nonagama memiliki angka menyontek paling rendah, 47 persen, dibandingkan dengan 63 persen siswa yang belajar di sekolah agama.

Studi itu memperingatkan, "Jumlah ini memang buruk, dan tampaknya  menggarisbawahi tingkat ketidakjujuran yang diperlihatkan oleh kaum muda Amerika."

Lebih seperempat siswa (26 persen), katanya, mengakui mereka telah berbohong setidaknya satu atau dua kali mengenai pertanyaan jajak pendapat tersebut.

"Meskipun tingkat ketidakjujuran ini tinggi, anak-anak ini memiliki citra-diri yang juga tinggi ketika sampai pada masalah etika," katanya.

Sebanyak 93 persen siswa menyampaikan kepuasan dengan etika dan watak mereka sendiri, dan 77  persen mengatakan, "Ketika sampai pada masalah melakukan apa yang benar, saya lebih baik dibandingkan dengan yang diketahui kebanyakan orang."(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008