Washington, (ANTARA News) - Presiden Pakistan Asif Ali Zardari, Selasa, membantah bahwa negaranya terlibat  serangan di Mumbai, India. Dia  mengatakan orang-orang bersenjata yang terlibat dalam serangan tersebut adalah "aktor tanpa negara".

"Saya kira ini semua adalah aktor tanpa negara yang telah beroperasi di seluruh wilayah. Orang-orang bersenjata, siapa pun mereka, mereka semua adalah pelaku yang tak memiliki negara," katanya.

"Negara Pakistan, tentu saja, tidak terlibat. Kami adalah bagian dari korban," kata Presiden Pakistan ketika menjawab wartawan mengenai serangan yang menewaskan 188 orang dan melukai lebih dari 300 orang itu.

Pakistan, Selasa, menawarkan kerjasama dengan India guna melacak mereka yang berada di belakang serangan tersebut, tapi tak menanggapi tuntutan untuk menyerahkan 20 tersangka kepada New Delhi.

Zardari menambahkan bahwa ia meragukan pernyataan India bahwa satu-satunya pria bersenjata yang lolos dari maut, yang ditangkap oleh pasukan keamanan India selama pengepungan 60-jam di kota itu, adalah warganegara Pakistan.

"Kami belum diberikan bukti nyata apa pun untuk mengatakan bahwa ia secara pasti adalah orang Pakistan. Saya sangat meragukan  ia adalah orang Pakistan."

Perdana Menteri Pakistan Yousuf Raza Gilani telah mengatakan pemerintahnya menginginkan bukti mengenai tuduhan India bahwa semua penyerang adalah warganegara Pakistan.

Jaringan televisi CNN dan televisi lain AS telah melaporkan Amerika Serikat sudah memperingatkan India pada Oktober bahwa hotel dan pusat usaha di Mumbai akan menjadi sasaran serangan yang datang dari laut.

Pada Selasa, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan satu kelompok yang berpusat di Pakistan mungkin telah bertanggung-jawab atas serangan di Mumbai.

"Ada banyak alasan untuk menduga itu mungkin satu kelompok, yang sebagian atau seluruhnya satu kelompok, yang berada di wilayah Pakistan," kata pejabat itu kepada wartawan di sisi pertemuan menteri luar negeri NATO di Brussel.

Pejabat tersebut, yang tak menyebutkan sumber keterangannya, berbicara beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice dijadwalkan bertolak ke New Delhi guna membahas serangan paling akhir itu dengan pemerintah India.

Pemilik hotel Taj Mahal di Mumbai, pusat serangan, mengatakan ia juga telah menerima peringatan mengenai kemungkinan serangan dan telah meningkatkan keamanan.

Beberapa pejabat AS tak bersedia berkomentar secara terbuka mengenai laporan bahwa Amerika Serikat telah berbagi keterangan intelijen dengan India dan memperingatkan mengenai ancaman teror sebelum serangan tersebut, tapi secara pribadi mengakui bahwa informasi mengenai ancaman itu telah disampaikan.

ABCNews, yang mengutip keterangan beberapa sumber yang tak disebutkan jatidirinya, melaporkan dinas intelijen AS memperingatkan timpalan mereka di India pada pertengahan Oktober mengenai potensi serangan dan lokasi tertentu, termasuk hotel Taj Mahal, didaftarkan dalam peringatan AS tersebut.

"Tentu saja kami berusaha menyampaikan informasi kepada semua negara di seluruh dunia ketika kami memperoleh informasi," kata Rice pada suatu taklimat di Brussel.

Tetapi kadangkala "sulit untuk melakukan tindakan mengenai keterangan yang digambarkan sebagai peringatan, kadangkala informasi itu tidak terlalu nyata", katanya.

"Saya hanya ingin menyatakan bahwa masalah terorisme adalah informasi bermanfaat tapi itu tidak selalu berupa sesuatu yang dapat kita cegah," katanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008