Jakarta  (ANTARA News) - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr KH Said Aqil Siradj MA mengatakan, ajaran Islam tidak mengenal radikalisme, ekstrim apalagi teror. "Islam sangat menghormati nyawa, harta, dan martabat manusia," katanya saat menyampaikan khutbah Idul Adha 1429 H di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre, Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, Senin. Di hadapan ribuan orang jamaah yang memenuhi ruangan masjid raya tersebut, Said Aqil menegaskan, barang siapa yang melanggar semua itu, berarti sama saja ia mencoreng kesucian Islam itu sendiri. Dalam khutbahnya, Said Aqil menceritakan bagaimana Rasulullah Muhammad SAW membangun masyarakat Kota Yatsrib (Madinah) yang modern, makmur, solid, dan tidak ada diskriminasi antara Muslim dan non Muslim, antara penduduk pendatang dan pribumi. Dosen pasca sarjana Universitas Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu kemudian mengajak umat Islam khususnya di Tanah Air untuk menjaga keutuhan dan kerukunan dalam kehidupan berbangsa. Menurut dia, Islam mengajarkan umatnya tidak boleh memusuhi, memerangi, apalagi membunuh siapapun, dari etnis dan agama apapun, kecuali orang yang dzalim. Untuk itu, ia menyebut tiga hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan kerukunan, yakni membangun ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Penyandang gelar doktor dari Universitas Ummul Qura, Mekkah, itu pada 1994 mengatakan, sudah saatnya umat Islam mengesampingkan hal-hal yang furu`iyah (parsial) yang hanya menambah fitnah dan pertentangan sesama umat Islam. "Hal itu hanya menyia-nyiakan waktu dan energi dengan perdebatan yang tidak bermanfaat, yang seharusnya kita gunakan untuk berpikir dan bekerja demi kemajuan dan kemaslahatan umat," kata pria kelahiran Cirebon, 3 Juli 1953 itu. Perbedaan suku, adat istiadat, agama dan kepercayaan, katanya, merupakan karunia dan amanat Allah SWT yang mesti dijaga. Said Aqil mengajak umat Islam untuk belajar dan melakukan refleksi dari sejarah yang dialami dan diajarkan Rasulullah. "Kekuatan dan kebesaran Islam tidak didapatkan dengan harta atau lainnya, tetapi kekuatan dan kebesaran itu dapat diraih dan diwujudkan dengan semangat persatuan dan kesatuan," katanya. Bertindak selaku imam dalam Salat Idul Adha tersebut adalah Imam Masjid Raya Jakarta Islamic Centre, Ustadz HM Saefuddin. Usai salat Idul Adha,, panitia kurban  melaksanakan pemotongan hewan kurban yang terdiri dari 7 ekor sapi dan 52 ekor kambing.  (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008