Jayapura (ANTARA News) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Papua mulai mempersiapkan berbagai hal untuk menggelar perayaan Natal bersama masyarakat di tanah Papua sebagai perwujudan kemanunggalan HIPMI dengan warga yang merayakan Natal - pesta kelahiran Yesus Kristus.

Hal itu disampaikan Bahlil Lahadalia,SE, Ketua Umum HIPMI Papua di Jayapura, Senin sehubungan dengan rencana organisasi pengusaha muda ini untuk menggelar perayaan Natal bersama rakyat di wilayah ini.

"Salah satu kegiatan eksternal HIPMI dalam rangka membumikan HIPMI di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat perayaan Natal bersama rakyat Papua," kata Bahlil.

Perayaan Natal itu menurut rencana diselenggarakan di Taman Imbi, jantung Kota Jayapura.

Selain itu digelar Bakti Sosial (Baksos) yang terpusat di Lembaga Permasayarakatan (LP) Abepura.

"Waktu Ramadahan kemarin, HIPMI juga melaksanakan buka puasa bersama, safari Ramadhan dan Baksos," kata Bahlil.

Bahkan, lanjutnya di awal tahun 2009, HIPMI berencana untuk mengadakan gerakan bersama rakyat dan pemerintah untuk menata kota. Realisasinya adalah perlombaan kebersihan antarkelurahan memperebutkan piala Ketua HIPMI.

Bahli mengatakan, di bawah kepemimpinannya, HIPMI Papua betekad membangun jiwa entrepreneurship (kewirausahaan) pengusaha Papua menjadi semakin mantap.

"HIPMI adalah bagian dari masyarakat, dan masyarakat adalah bagian dari HIPMI. Oleh karena itu apapun program kerja HIPMI semua diarahkan untuk mendekatkan HIPMI dengan rakyat," kata Bahlil.

Hal ini bertujuan membangun satu kekuatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif dunia usaha.

Sebagai organisasi kader, HIPMI memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan kader pengusaha muda yang berkualitas antara lain melalui kegiatan perekrutan dan pengkaderan anggota.

Untuk itu, HIPMI Papua telah melantik 350 pengusaha muda Papua. Jumlah ini menambah keanggotaan HIPMI yang kini menjadi lebih dari seribu pengusaha.

Dia mengingatkan agar tidak terjadi dikotomi antara pengusaha putra daerah dan non putra daerah.

"Saya lebih setuju untuk tidak membedakan pengusaha asli Papua dengan yang bukan asli. Dunia usaha tidak mengenal hal demikian.Dunia bisns tidak boleh masuk dalam ranah politik," jelasnya.

Dia mengakui kalau sebagian besar anggota HIPMI berasal dari Papua.

"Tujuh puluh persen kader HIPMI adalah putera-putera Papua," katanya.

Bahlil mengakui juga kalau banyak pengusaha muda di Papua masih terjebak dalam sikap cepat puas terhadap hasil kerja yang didapatkan. Belum ada inisiatif dan motivasi untuk mengembangkan sesuatu yang baru.

Padahal, masih banyak bidang usaha yang potensial di Papua untuk digarap secara optimal.

Bahlil mengkritisi kondisi masyarakat Papua yang masih terkungkung pada paradigma bahwa lapangan pekerjaan yang menjanjikan secara finansial di daerah ini hanyalah menjadi politisi atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sedangkan untuk bidang ekonomi, khususnya berwirausaha belum dilihat sebagai sesuatu yang menguntungkan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008