Yerusalem (ANTARA News) - Israel hari Rabu mengizinkan pengiriman dana 25 juta dolar ke Jalur Gaza untuk membayar gaji pegawai negeri di tengah peringatan-peringatan bahwa krisis likuiditas bisa membuat tutup bank-bank di wilayah terkepung itu.

Namun, jumlah dana itu masih jauh dari keperluan sebesar 250 juta shekel (63 juta dolar atau 49 juta euro) yang diperlukan Perdana Menteri Salam Fayyad untuk membayar gaji pegawai Pemerintah Palestina.

Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengizinkan pengiriman dana 100 juta shekel (25 juta dolar) dari bank-bank di wilayah pendudukan Tepi Barat ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, kata kantornya.

Pengiriman dana itu dilakukan setelah ada "permohonan pribadi" dari Fayyad dan Stanley Fischer, pemimpin bank sentral Israel, "mengingat telah terjadi krisis keuangan yang parah di Gaza".

Pekan lalu, Bank Dunia memperingatkan bahwa krisis itu bisa mematikan sistem perbankan di Gaza, dimana Israel memperketat blokade lebih dari sebulan lalu setelah kekerasan baru meletus di dan sekitar wilayah tersebut.

Pemerintah Palestina pimpinan Presiden Mahmud Abbas yang diusir dari Gaza tetap membayar gaji sekitar 70.000 pegawai negeri di wilayah tersebut.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun lalu setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

Ehud Olmert yang akan mengakhiri tugas sebagai PM Israel telah memperingatkan mengenai konfrontasi yang akan segera terjadi dengan Hamas meski gencatan senjata yang ditengahi Mesir diberlakukan pada 19 Juni.

Bentrokan-bentrokan terakhir telah menewaskan sejumlah pejuang bersenjata Palestina, sehingga jumlah korban tewas menjadi sekitar 600 sejak Israel dan Palestina memulai lagi perundingan perdamaian 12 bulan lalu, sebagian besar dari mereka pejuang Gaza, demikian AFP.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008