Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, melemah 100 poin menjadi Rp10.975/11.100 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp10.875/11.000, setelah beberapa hari lalu menguat. "Penurunan rupiah saat ini, karena mata uang Indonesia sedang mencari titik keseimbangan baru yang berkisar antara Rp10.500 sampai Rp11.000 per dolar AS," kata Direktur Utama PT Finance Corpindo Nusa, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis. Dikatakannya, rupiah masih mencari bentuk, belum stabil, meski ada isu positif dari internal, bahwa Indonesia akan mendapat pinjaman baru dari Bank Dunia. Namun sentimen positif itu tidak dapat menggerakkan rupiah menguat bahkan terkoreksi, karena pelaku kembali memburu dolar AS setelah merosot tajam, katanya. Rupiah sebelumnya terpuruk hingga di atas level Rp12.300 per dolar AS, namun isu bahwa pemerintah AS akan mempersiapkan dana talangan untuk mengurangi krisis keuangan AS memberikan kepercayaan masyarakat ekonomi AS akan tumbuh lebih baik. Menurut Edwin Sinaga, rupiah akan kembali tertekan, karena menjelang akhir tahun ini pelaku pasar sedang mempersiapkan diri dengan kembali membeli dolar AS bagi orang yang ingin berlibur ke luar negeri. Selain itu, juga banyak perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan impor harus segera membeli dolar AS untuk memenuhi kebutuhannya, katanya. Lebih lanjut dia mengatakan, meski rupiah terpuruk namun posisinya masih di bawah level Rp11.000 per dolar AS. Hal ini terjadi karena Bank Indonesia (BI) masih aktif memantau pergerakan rupiah lebih jauh. "Kami akan masuk pasar apabila rupiah memang memerlukan BI untuk intervensi untuk mendukung penguatan mata uang lokal itu," katanya. Apalagi BI juga memantau pergerakan bank-bank asing yang ada di dalam negeri, agar mereka tidak berspekulasi lebih jauh terhadap dolar AS, sehingga arus dolar AS yang masuk dan keluar dapat dipantau lebih jauh. Sekalipun kebutuhan dolar AS di pasar global sangat tinggi, namun dengan dibatasinya pergerakan jual beli dolar AS di pasar domesik akan membuat pergerakan kedua mata uang itu berada dalam kisaran sempit, ucapnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008