Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono menilai Indonesia kehilangan seorang diplomat besar yang menjadi teladan bagi diplomat, dengan wafatnya mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas, Kamis (11/12).

"Pak Ali adalah teladan yang dihormati bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tapi juga Asia Tenggara," kata Juwono usai Sidang ke-37 General Border Comittee Malaysia-Indonesia (GBC Malindo) di Jakarta, Kamis.

Juwono yang juga sempat menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Inggris mengaku mengenal Ali sejak 40 tahun lalu, bahkan ayahandanya mengenal baik Ali Alatas.

Pada 1963 dia, almarhum, dan (mantan Menparpostel) Joop Ave pernah bekerja sama walau tidak dalam satu institusi, dimana Ali bertugas di Deplu, sementara Juwono dan Joop Ave di Universitas Indonesia.

Almarhum adalah pribadi yang penuh prestasi, diantaranya pada 1988, saat almarhum bertugas di perwakilan RI di PBB, bersama TNI mengombinasikan diplomasi sebagai "soft power" dengan kekuatan militer sebagai "hard power".

"Saat itulah terjalin kerjasama yang baik antara almarhum dengan almarhum (mantan Menhan yang almarhum) Benny Moerdani," ujarnya.

Tak tidak sampai disitu, dengan kepiawaiannya pula, masalah Asia Tenggara banyak terselesaikan, misalnya perundingan mengenai Vietnam, yang akhirnya tercapai awal 1990-an, ungkap Juwono.

Meski ditinggal tokoh sebesar Ali Alatas, Juwono percaya diplomasi Indonesia tetap besar karena regenerasi yang baik di Deplu.

"Saat ini sudah banyak diplomat yang baik, yang telah mengambil teladan dari almarhum," ujarnya.

Menurutnya, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda dan para juniornya seperti Marty Natalegawa, Yuri Thamrin, dan Arief Havas Oegroseno adalah para diplomat yang mampu menjadi penerus Ali Alatas. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008