Medan  (ANTARA News) - Mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas dapat disebut sebagai "pahlawan diplomasi",  karena mampu menyelamatkan Indonesia dari kecaman dan hujatan internasional. Ali Alatas mampu menjelaskan kebijakan dan posisi Indonesia, sehingga kecaman dan hujatan terhadap Indonesia itu tidak berkembang, kata Guru Besar ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU), Prof. DR. Subhilhar di Medan, Jumat. Menurut dia, Indonesia selalu dihujat dan dikecam karena dianggap menjajah Timor Timur dan menjadikannya provinsi termuda. Selain Portugal, kecaman dan hujatan juga datang dari Komisi Human Rights atau Komisi hak asasi manusia (HMA) PBB yang terdiri dari berbagai bangsa. Besarnya hujatan itu tercantum dalam bukunya yang berjudul "Timor Timur, Dari Kerikil Menjadi Batu Besar" dan "Timor Timur, Satu Menit Terakhir". Namun dengan kecerdasan dan kemampuan dalam menguasai masalah, Ali Alatas mampu "menangkis" kecaman dan hujatan itu serta menjelaskan permasalahan tersebut dengan baik. Ali Alatas mampu menjelaskan bahwa Indonesia tidak menjajah Timor Timur, justru meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan warga provinsi yang kini telah memerdekakan diri itu. Kemampuan Ali Alatas itu menyebabkan nama baik Indonesia tidak tercoreng di mata dunia internasional. "Itu merupakan pekerjaan yang sangat berat, tetapi mampu dilaksanakannya dengan baik," kata Subhilhar. Diplomat ulung Pendapat yang hampir serupa juga disampaikan Direktur Eksekutif Slokantara Institut, Drs. Ansari Yamamah, MA yang menilai Ali Alatas sebagai "diplomat luar biasa". Selain kemumpunian diplomatiknya, "keluarbiasaan" Ali Alatas itu karena mampu diterima dunia internasional, khususnya bangsa-bangsa Timur Tengah disebabkan memiliki akar sejarah. "Dengan persyaratan yang hampir senmpurna itu, tidak salah jika Ali Alatas disebut sebagai pahlawan diplomatik Indonesia," kata alumni Leiden University Belanda itu. Ali Alatas yang merupakan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden meninggal dunia, Kamis (11/12), di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura pada pukul 07.30 waktu setempat. Menurut catatan, Ali Alatas telah berkecimpung di dunia diplomatik sejak 1956 sebagai Sekretaris Kedutaan Besar (Kedubes) RI di Bangkok, Thailand. Pada tahun 1965, Ali Alatas menjadi Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luara Negeri, kemudian dipercayakan menjadi Konselor di Kedubes RI di Washington, AS, pada 1966-1970. Setelah menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972) dan Sekretaris Dirjen Politik Deplu (1972-1975), Ali Alatas dipercayakan menjadi Sekretaris Pribadi Menlu hingga 1976. Dengan pengalaman diplomatiknya, Ali Alatas diangkat sebagai Wakil Tetap RI di PBB (1976-1978), Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982) dan kembali menjadi Wakil Tetap RI di PBB sejak 1983 selama empat tahun. Puncaknya, Ali Alatas dipercayakan menjadi menteri luar negeri selama 12 tahun sejak tahun 1983-1999. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008