Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah Anggota DPR meminta pengusaha dan pemerintah daerah agar menurunkan tarif angkutan, menyusul keputusan pemerintah menurunkan harga premium dan solar bersubsidi terhitung mulai Senin ini. "Logikanya, ketika harga BBM dinaikkan, menjadi alasan untuk menaikkan tarif angkutan. Sekarang, dengan harga BBM diturunkan, maka seharusnya tarif angkutan juga ikut turun," kata Anggota Komisi VII DPR, Muhammad Nadjib, di Jakarta, Senin. Pemerintah terhitung mulai Senin ini pukul 00.00 WIB menurunkan harga premium dari Rp5.500 menjadi Rp5.000 per liter dan solar bersubsidi dari Rp5.500 menjadi Rp4.800 per liter. Pemerintah berharap penurunan harga BBM ini akan semakin meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya dalam menghadapi situasi krisis global yang diperkirakan mempengaruhi kinerja perekonomian nasional tahun 2009. Menurut Nadjib, tarif angkutan bisa saja tidak turun saat pemerintah menurunkan harga premium dari Rp6.000 menjadi Rp5.500 per liter sejak 1 Desember lalu. "Namun, dengan penurunan sekarang ini mereka tidak bisa mengelak, karena harga premium sudah turun Rp1.000 dan solar Rp700 per liter, sejak kenaikan terakhir pada akhir Mei lalu," katanya. Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VII DPR lainnya, Alvin Lie. Menurut dia, penurunan harga premium dan solar hanya akan menguntungkan pengusaha, jika tidak diikuiti penurunan tarif angkutan. "Penurunan harga premium dan solar ini mesti diikuti turunnya tarif transpor, agar efektif menurunkan harga kebutuhan lainnya," katanya. Nadjib juga mengatakan, penurunan harga BBM ini juga dapat menjaga daya saing Indonesia dengan negara lainnya seperti Malaysia yang sudah lebih dulu menurunkan harga BBM-nya. "Kami sendiri, sejak harga minyak mentah dunia berada di kisaran 60 dolar AS per barel, sudah mengusulkan agar pemerintah segera menurunkan harga BBM," katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008