Stockholm (ANTARA News) - Juru bicara kejaksaan Swedia pada hari Kamis menyatakan bahwa pihaknya telah memulai penyelidikan terhadap anggota panitia penghargaan Nobel.

Penyelidikan awal telah dilakukan sehubungan dugaan penerimaan suap berupa jalan-jalan ke Cina, ungkap jurubicara tersebut lewat radio SR sebagaimana dikutip DPA.

Penyelidikan itu dipicu laporan-laporan media bahwa setiap ketua dewan juri  penghargaan bidang kedokteran, fisika dan kimia telah berkunjung ke Cina dengan dana dari pemerintah negara tersebut.

Kementerian Pendidikan China telah dua kali membiayai kunjungan itu termasuk biaya hotel, ungkap laporan radio Swedia. Pemberian jalan-jalan gratis itu terjadi dua kali dan terakhir dilakukan pada bulan Januari 2008.

Selama kunjungan, para anggota panitia Penghargaan Nobel dikerumuni oleh wartawan setempat yang menanyakan bagaimana cara agar Cina dapat meraih penghargaan itu.

Cina menganggap penghargaan Nobel sebagai sesuatu yang bergengsi dan tujuan penting bagi para ilmuwannya.

Pada tahun 2002, delapan anggota panitia Nobel mengunjungi Jepang dengan cara yang sama yaitu disponsori pemerintah setempat.

Hans Jornvall, sekretaris Komite Nobel di Institut Karolinska yang bertugas memilih pemenang bidang kedokteran, yakin bahwa kunjungan itu ada gunanya.
    
Jornvall, yang berkunjung ke Jepang, mengatakan "sah-sah saja jika pihak yang ingin informasi ini juga membayar" dengan membiayai kunjungan.

Para anggota panitia yang diduga terlibat suap pada awal pekan ini mengaku telah berpikir ulang mengenai pantas-tidaknya menerima tawaran kunjungan itu. Namun, mereka membantah tuduhan melakukan korupsi.

"Kami akui ada wilayah abu-abu di sini, tapi jika melihat ke belakang, kita akan memiliki pandangan lain," kata jurubicara panitia tersebut.

Profesor Claes Sandgren, Ketua Institut Anti-Korupsi, lembaga yang didirikan pada tahun 1923 dengan fungsi  penjaga kemungkinan suap, lewat siaran radio mengatakan  "Penyelidikan mengenai masalah ini adalah sesuatu yang baik."

"Harus ada batasan yang benar-benar ketat terhadap semua upaya mempengaruhi Hadiah Nobel. "

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008