Tapaktuan (ANTARA News) - Kawanan gajah liar (Elephans maximus sumatranus) yang diperkirakan sebanyak delapan ekor telah menghancurkan puluhan gubuk petani di desa Alue Keujreun Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi NAD. "Sejak dua bulan terakhir kawanan gajah telah menghancurkan puluhan gubuk petani, bahkan puluhan hektar tanaman nilam, cabai dan kacang dipastikan gagal panen karena amukan hewan tersebut," kata ketua kelompok tani Alue Keujreun, Meurah Husin di Tapaktuan, Minggu. Puluhan gubuk yang juga dijadikan tempat tinggal sementara pemilik ladang yang dihancurkan hewan dilindungi itu berada di dusun Pantan Bayan, Peubareuh, Srotan, Alue Keujreun, Meluhi, Damar Buih dan Sarah baru desa Alue Aleu Keujren. Warga di pedalaman Aceh Selatan itu meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menurunkan tim untuk mengatasi gangguan gajah yang telah meresahkan dan menghancurkan gubuk serta tanaman perkebunan penduduk. Upaya pengusiran secara tradisional seperti membuat bola api dan meledakkan mercon sudah sering dilakukan warga, namun usaha tersebut belum menunjukan keberhasilan. Menurutnya dalam beberapa pekan terakhir kawanan gajah tersebut semakin beringas dan mengejar para petani yang sedang bercocok tanam dikebunnya. "Beberapa hari lalu seorang petani Dulah Abadi (45) warga desa Koto Manggamat cidera akibat ditendang hewan berbadan besar itu di kawasan dusun Srotan," katanya. Anggota DPRK Aceh Selatan, T Mudasir juga mendesak pihak terkait untuk segera menanggulangi konflik satwa dengan manusia di kabupaten penghasil komoditi pala itu. "Sudah banyak manusia yang menjadi korban satwa berbadan besar itu, bahkan ada yang meninggal dunia," katanya. Untuk mengatasi gangguan satwa liar tersebut, ia berharap pemerintah untuk membuat posko penanganan satwa liar di pinggiran hutan Gunung Leuser. "Dengan adanya posko satwa liar diharapkan mencegah terjadinya korban jiwa dan menekan jumlah kerugian yang dialami petani," kata T Mudasir.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008