Surabaya (ANTARA News) - Setelah menuntaskan proses rasionalisasi dengan melepas tujuh pemain, pengurus Persebaya Surabaya kini dipusingkan dengan penyelesaian tunggakan gaji pemain yang belum dibayar selama dua bulan terakhir. Ketua Harian Persebaya, Cholid Goromah yang dihubungi wartawan di Surabaya, Selasa, mengatakan pembayaran gaji pemain merupakan sesuatu yang mendesak, agar kondisi tim yang kini amburadul segera kembali kondusif seperti sebelumnya. "Saya yakin kalau gaji pemain sudah beres, kondisi tim akan kembali normal. Hari ini saya melakukan rapat dengan ketua umum Persebaya untuk membahas masalah tersebut," katanya. Selain membahas persoalan gaji, lanjut Cholid, rapat juga membicarakan masa depan Persebaya setelah kebijakan rasionalisasi dilakukan. Cholid Goromah tidak merinci darimana pengurus dan manajemen mendapatkan dana untuk menyelesaikan tunggakan gaji pemain yang nilainya lebih dari Rp1,3 miliar. Ia mengakui kondisi internal tim sedang tidak bagus dan sebagian besar pemain bersikap setengah hati dalam membela tim. "Itu hanya luapan emosi sesaat dan saya yakin nanti semuanya akan normal lagi," ujarnya. Sejak keputusan dilepasnya tujuh pemain dan keluarnya pelatih Freddy Muli yang habis masa kontraknya akhir pekan lalu, sekitar 20 pemain Persebaya yang tersisa dan tiga asisten pelatih seperti kehilangan motivasi. Bahkan sejak tiga hari terakhir, program latihan diliburkan dan belum jelas sampai kapan pemain akan kembali berlatih. Tiga asisten pelatih, Mursyid Efendi, Kasiyanto dan Hermansyah hingga kini sulit dihubungi. Kondisi Wisma Eri Irianto di Karanggayam Surabaya yang menjadi markas Persebaya, tampak sepi ditinggal pemain pulang kampung. Hanya pemain asal Brasil, Anderson Da Silva yang masih tampak dan kabarnya juga segera pulang ke rumahnya di Bali. Anderson sempat mengatakan kalau kondisi Persebaya saat ini sangat tidak kondusif, setelah kebijakan rasionalisasi dijalankan pengurus. "Kondisi ini lebih buruk dibanding beberapa tim yang pernah saya bela sebelumnya," kata pemain berposisi "stopper" itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008