Jakarta (ANTARA News) - Perundingan perdagangan bebas (FTA) Indonesia dengan Selandia Baru diharapkan segera dimulai kembali pada Maret 2009 setelah penandatanganan FTA ASEAN-Australia-Selandia Baru pada Februari 2009.

"Kita harapkan bisa cepat dimulai kembali negosiasinya setelah penandatanganan FTA ASEAN-Australia-Selandia Baru. Mudah-mudahan Maret lah," kata Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Departemen Perdagangan Gusmardi Bustami di Jakarta, Sabtu.

Gusmardi membantah telah terjadi ketegangan antara dua negara yang menyebabkan batalnya perundingan tersebut. "Tidak benar ada friksi. Kita sepakat untuk melanjutkan kesepakatan antara dua menteri perdagangan kita," ujarnya.

Menurut dia, pada pertemuan selanjutnya dua negara akan merinci  kesepakatan yang dibuat antara dua menteri tersebut.

Sementara itu, FTA ASEAN-Australia-Selandia Baru yang diluncurkan pada November 2004 dan selesai pada Desember 2008 akan ditandatangani Februari 2009 pada pertemuan tingkat tinggi ASEAN.

Dalam kesepakatan itu, Indonesia akan menghapus bea masuk untuk 10.397 pos tarif (93,17 persen dari total pos tarif) mulai 2009-2020. Sebanyak 645 lainnya diturunkan tarifnya dan 117 sisanya dikecualikan.

Sementara Australia menghapus seluruh bea masuk produk impor dari ASEAN mulai 2009-2015, sebanyak 91,77 persen dari total pos tarifnya diturunkan selama 2009-2010. Sedangkan Selandia Baru akan menghapus 97,4 persen dari jumlah pos tarifnya dengan tahapan 80 persen pada 2009 dan 90 persen pada 2012.

Otomotif dan Tekstil

Selama perundingan berlangsung, Australia menargetkan pembukaan pasar produk otomotif Indonesia sedangkan Selandia Baru menargetkan pembukaan pasar daging sapi dan produk susu.

Khusus untuk otomotif, Indonesia memberikan perlakuan yang berbeda  antara Australia dengan Jepang. Kesepakatan sektor otomotif dengan Australia mempertimbangkan perjanjian Indonesia dengan Jepang.

"Sedikit beda karena apa yang diminta oleh Australia seperti passenger car, kita beri 2020 bukan tahun 2018 seperti dengan Jepang," ujar Gusmardi.

Indonesia meminta dua negara itu mempercepat penghapusan tarif produk tekstil dan pakaian yang saat ini sekitar 5-17,5 persen dari semula tahun 2012 menjadi 2009-2010 untuk Australia dan Selandia Baru yang sekitar 7,75-19 persen dari jadwal semula 2020 menjadi 2017-2018.

Selain itu, Australia juga memberikan gugus tugas investasi agribisnis untuk mengkaji dan menyusun program kerja pembangunan kapasitas serta mendorong investasi bidang pertanian khususnya sektor daging dan produk susu.

Australia juga sepakat membahas permintaan Indonesia untuk mendapatkan fasilitas kerja untuk sejumlah profesi, pengembangan kapasitas industri otomotif Indonesia, bantuan sertifikasi produk makanan, serta pelatihan dan sertifikasi tenaga kerja pengelas pipa minyak dan gas juga bantuan tenaga pengajar bahasa Inggris bagi sekolah kejuruan industri dan perguruan tinggi industri.

Selandia baru menawarkan fasilitas pengiriman tenaga kerja liburan (working holiday scheme) untuk 100 pekerja Indonesia, kesempatan kerja untuk 100 juru masak, 20 pemotong hewan bersertifikat halal dan 20 tenaga asisten guru bahasa Indonesia.

Selain itu, juga ditawarkan program peningkatan kapasitas untuk sektor peternakan sapi pedaging dan produk susu, kerjasama bidang keamanan pangan dan proses jaminan mutu. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008