Bandung (ANTARA News) - Munculnya kembali Amien Rais dalam pencalonan presiden (capres) berdampak positif memacu calon presiden lainnya yang akan bertarung pada Pilpres 2009, kata Pakar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Dr Affan Sulaeman di Bandung, Sabtu. "Pencalonan Amien Rais sebagai tanggung jawabnya kepada bangsa dan negara, sah-sah saja. Bahkan positif untuk memacu kandidat lainnya menjelang Pilpres mendatang," kata Affan Sulaeman kepada ANTARA. Menurut dia, sebagai politisi senior, Amien Rais tahu persis harus turun atau tidaknya pada Pilpres mendatang. Bila benar-benar maju pada Pilpres, mantan Ketua MPR-RI itu dipastikan punya alasan yang kuat. Affan menilai, seperti kandidat lainnya yang sudah melakukan sosialisasi, sosok Amien Rais memenuhi kriteria untuk pencalonan menjadi orang nomor satu di Indonesia yang akan digelar tahun depan. Terlepas dari kegagalannya pada Pilpres 2004, kata Affan, sosok Amien Rais menjadi salah satu sosok politisi yang masih diperhitungkan. "Terlepas dari partai mana ia akan maju, yah serahkan pada mekanisme yang ada. Masyarakatlah yang akan menentukan siapa pimimpin pilihan mereka," kata Affan. Terkait munculnya beberapa figur calon presiden yang lekat dengan Partai Amanat Nasional seperti Din Syamsudin (Ketua Muhamadiyah) dan Ketua Umum PAN, Soetrisno Bachir, menurut Affan tidak menjadi masalah karena sebagai partai mapan PAN akan bisa mengambil langkah terbaiknya. Setiap partai maupun organisasi, kata Affan memiliki kader terbaiknya termasuk Soetrisno Bachir, Din Syamsudin dan Amien Rais di PAN. "Proses menuju Pilpres masih panjang, wajar bila ada sosok muncul. Di tingkat partai semuanya masih bisa dibicarakan, namun dalam Pilpres mendatang masyarakatlah yang menentukan," katanya. Untuk itu, lanjutnya, calon mutlak harus punya pangsa pasar di masyarakat yang sebagian besar pemilih mengambang. "Ingat pemilih tak semuanya kader partai. Keunggulan akan lebih banyak ditentukan oleh pemilih mengambang," kata Affan menambahkan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008