Pupuk ini bisa meningkatkan kesuburan tanah dan menentukan kualitas produk
Karanganyar, Jawa Tengah (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong agar para petani dapat menggunakan pupuk dalam negeri, khususnya jenis dolomit yang dinilai dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Permintaan tersebut disampaikan Mentan saat mengunjungi pabrik pupuk PT Polowijo Gosari di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu. Kunjungan ini digelar untuk memastikan produksi pupuk dolomit di lokasi tersebut berjalan dengan baik.

"Pupuk ini bisa meningkatkan kesuburan tanah dan menentukan kualitas produk. Untuk itu, saya sarankan agar para petani menggunakan pupuk dolomit ini. Apalagi pupuk buatan anak bangsa. Masa kita mau pakai produk lain sementara produk dalam negeri sama bagusnya," kata Mentan Syahrul.

Baca juga: Rachmat Gobel akan ajak Mentan ke Gorontalo bahas pupuk

Menurut Syahrul, produksi pupuk dolomit harus ditingkatkan karena memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dengan jenis pupuk lainnya.

Pupuk dolomit, kata Mentan, memiliki pH yang tinggi karena mengandung unsur hara kalsium oksida (CaO) dan magnesium oksida (MgO).

Jenis pupuk ini mengandung magnesium yang memiliki kadar cukup tinggi, sehingga pemakaian pupuk ini cukup baik digunakan pada bidang pertanian, perkebunan, industri bahkan bisa dipakai untuk sektor perikanan atau tambak.

Baca juga: Komisi IV DPR akan lapor Mentan kelangkaan pupuk bersubsidi di Kalbar

Dolomit dinilai sangat cocok digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah yang memiliki reaksi masam.

Meski demikian, Mentan menyinggung soal isu kelangkaan pupuk yang kini merebak di kalangan petani. Ia juga menyesalkan masih adanya pengalihfungsian lahan oleh beberapa pihak, sehingga area sawah terus menyusut. Kedua persoalan itu, menurut dia, harus disikapi dengan cepat dan tepat.

Sebagai informasi, data luas lahan baku sawah sebelum KSA 2018 adalah 8,1 juta hektare. Namun, setelah divalidasi oleh Kementerian ATR/BPN dan Kementan serta beberapa kementerian dan sejumlah lembaga lain, luas baku sawah tahun 2019 menjadi 7,46 juta hektare.

Baca juga: Mentan: Generasi milenial harus berani jadi petani

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020