Dampak SDGs belum terasa
Jakarta (ANTARA) - Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) perlu keluar dari isu-isu teknis untuk pengaplikasian di masyarakat, kata pengamat Hamong Santono.

"Dampak SDGs belum terasa. Bagaimana SDGs dapat berkontribusi dalam permasalahan bangsa ini, yang menurutku masih belum terlalu terlihat," kata mantan anggota International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) itu dalam diskusi tentang SDGs yang dilakukan di Jakarta pada Rabu.

SDGs merupakan kesepakatan pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan. SDGs memiliki 17 tujuan dengan 169 capaian dan target terukur dan tenggat waktu ditentukan oleh PBB sampai dengan 2030 setelah sebelumnya target-target disepakati pada 2015.

Baca juga: CISDI luncurkan platform pemetaan aktor SDGs non-pemerintah

Beberapa target SDGs contohnya seperti Tujuan 1 untuk mengentaskan kemiskinan dan Tujuan 7 memastikan akses energi yang terjangkau dan bisa diandalkan serta berkelanjutan, semuanya itu dilakukan untuk mencapai inklusivitas untuk meyakinkan tidak ada yang tertinggal.

Sejauh ini, kata dia, SDGs masih sangat teknis seperti tugas yang harus diselesaikan dalam daftar yang sudah ditentukan tanpa terlihat dampaknya di masyarakat secara langsung.

Hal itu akan membuat masyarakat tidak merasakan adanya rasa kepemilikan terhadap SDGs yang ingin menghilangkan kesenjangan secara global.

"Apakah SDGs mampu membuat kehidupan kelompok lansia menjadi lebih baik? Apakah SDGs mampu membantu kelompok difabel. Artinya alat ukur sudah bisa dilihat, sudah berapa kebijakan atau program yang diarahkan untuk percepatan pencapaian pada 2030? Jadi kalau SDGs hanya sekedar dokumen akan begitu-begitu saja," kata mantan Duta Masyarakat untuk Sustainable Development Goals (Duta SDGs) itu.

Beberapa capaian sudah dilakukan oleh pemerintah maupun aktor-aktor pemangku kepentingan lain seperti kelompok sipil dan masyarakat di akar rumput, tapi kisah-kisah seperti itu belum keluar sehingga dampaknya tidak terlalu terlihat.

Baca juga: Bappenas dorong pembangunan rendah karbon
 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020