Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Tetap Perdagangan Dalam Negeri Kadin Indonesia, Bambang Soesatyo, menilai penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate idealnya saat ini mencapai 7,5 persen, namun demikian pihaknya tetap mengapresiasi langkan BI menurunkan suku bunga acuannya tersebut. "Posisi BI rate yang kini 8,25 persen masih jauh dari ekspektasi atau harapan dunia usaha. Dengan segudang masalah yang masih menyelimuti sektor keuangan global sekarang ini, BI rate mestinya sudah di bawah delapan persen," ujarnya di Jakarta, Rabu, menanggapi penurunan BI rate menjadi 8,25 persen. Menurut dia, BI rate yang ideal saat ini 7,5 persen mengingat potensi penurunan sampai tingkat tersebut terbuka, karena tekanan terhadap laju inflasi cenderung menurun dalam beberapa bulan ke depan. "Masih ada persoalan lagi, apakah jaminan dari BI bahwa penurunan BI rate kali ini segera bertransmisi ke penurunan suku bungan bank, utamanya kredit modal kerja dan investasi?" katanya. Sebab, lanjutnya, turunnya bunga bank lah yang paling ditunggu dunia usaha. Kalangan dunia usaha, kata dia, berharap suku bunga bank turun ke tingkat 10-12 persen. Saat ini suku bunga untuk kredit modal kerja dan investasi berada di atas kisaran terendah 16 persen dan maksimal 18 persen. Bahkan Lembaga pembiayaan menetapkan suku bunga kisaran 22-24 persen. "Saat ini, untuk menurunkan suku bunga, perbankan menghadapi tantangan berupa likuiditas yang masih kering dan asumsi tentang tingginya risiko bisnis di dalam negeri," kata Bambang. Selain itu, seperti halnya dunia usaha, perbankan juga masih menunggu proses dari implementasi stimulus fiskal dan prospek penyerapan APBN 2009. "Oleh karena itu, agar penurunan BI rate kali ini efektif menurunkan suku bunga bank, BI hendaknya membantu perbankan mengatasi keringnya likuiditas, misalnya, dengan memberi jaminan pinjaman antar bank," katanya. Bambang juga menilai BI perlu berkordinasi dengan Menko Perekonomian untuk memuluskan implementasi stimulus fiskal dan penyerapan anggaran yang tepat waktu dan tepat sasaran guna memperbaiki persepsi bank dan risiko bisnis. "Kadin mengapresiasi upaya BI menurunkan Bi rate dan memperkuat fungsi intermediasi perbankan melalui relaksasi regulasi. Namun semua langkah itu, tidak akan membuahkan hasil maksimal, jika BI tidak tidak segera mengatasi kekeringan likuditas," katanya. Ia berharap BI menerobos kebuntuan arus kredit sekarang ini dan mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit untuk modal kerja dan investasi. BI juga dinilai masih perlu melonggarkan lagi GWM dan menjamin pinjaman antar bank. "Kita berpeluang membangun pertumbuhan ekonomi yang bermutu dengan syarat suku bunga turun ke level yang moderat dan implementasi stimulus fiskal harus nyata hasilnya. Stimulus fiskal harus tercermin pada turunnya tarif transportasi dan harga barang. Penurunan tarif transportasi dan harga barang akan menguatkan daya beli rakyat, serta memperbesar permintaan," kata Bambang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009