Medan (ANTARA News) - DPP Partai Golkar masih mempertanyakan pernyataan Mabes Polri yang menyebutkan Ketua DPRD Sumut H Abdul Aziz Angkat meninggal dunia akibat serangan jantung.

"Sampai saat ini kita masih mempertanyakan pernyataan Mabes Polri yang menyebutkan meninggalnya Aziz Angkat disebabkan oleh serangan jantung," ujar Ketua DPP Partai Golkar, H Burhanudin Napitupulu, didampingi Wakil Ketua Partai Golkar Sumut, H Syahdansyah Putra, di Medan, Kamis.

Menurut dia, dengan pernyataan ini maka Golkar mengkhawatirkan penegakan hukum dalam pengusutan tragedi maut di DPRD Sumut itu akan mencederai hukum dan melukai perasaan para kader-kader partai berlambang pohon beringin itu.

"Dengan pernyataan itu seakan-akan kematian Aziz Angkat murni karena serangan jantung, sehingga para tersangka hanya dituduh melakukan pengrusakan dan dikenakan hukuman yang ringan," katanya.

Padahal, lanjut dia, dari gambar atau foto yang ditampilkan media cetak dan elektronik terlihat jelas bahwa diduga terjadi sebuah tindakan anarkis yang telah direncanakan sebelumnya.

Seperti poster yang dibawa para pengunjukrasa yang bertuliskan "paripurna atau mati", kemudian peti mati yang diusung hingga ke dalam ruangan sidang, pagar pintu masuk dan keluar gedung yang dikunci oleh para pengunjukrasa.

Lalu aksi pelemparan batu dan pengrusakan gedung hingga tindakan mengejar-ngejar disertai perlakuan kasar terhadap Ketua DPRD Sumut H Abdul Aziz Angkat sehingga menyebabkan kader terbaik Golkar itu meninggal dunia, ujarnya.

Ia juga mengatakan, selama ini Sumut dikenal sebagai daerah yang paling kondusif di tanah air karena telah dibuktikan dalam 10 tahun setelah era reformasi pelaksanaan pilkada di berbagai daerah berjalan dengan lancar dan baik karena didukung masyarakat yang tidak mudah terpacing dengan isu negatif.

Namun dengan kejadian itu membuktikan massa pengunjukrasa yang sebagian besar didominasi para mahasiswa Universtas Sisingamangaraja, Medan, itu menunjukan kuat indikasi adanya provokasi yang dilakukan oleh sejumlah tokoh pembentukan Protap (Propinsi Tapanuli yang diusulkan).

Mahasiswa telah dilibatkan dalam politik praktis untuk mendukung Protap sehingga pembentukan propinsi baru itu terkesan dipaksakan demi kepentingan sejumlah tokoh atau elit politik, bukan kemauan masyarakat.

"Saya tahu betul Protap ini, karena saya orang Tapanuli dan pernah menerima beberapa kali audiensi pembentukannya di Jakarta. Disinyalir ini tokoh Protap yang melakukan ini adalah kader Partai Golkar yang membelot ke Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) demi memaksakan kehendak pembentukan Protap secepat mungkin," tegasnya

Sebelumnya Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Abubakar Nataprawira, mengatakan, Ketua DPRD Sumut Abdul Aziz Angkat meninggal dunia karena serangan jantung bukan tindak kekerasan oleh massa yang berunjuk rasa di gedung DPRD.

"Dari hasil otopsi luar RS Gleni Internasional diperkirakan dia meninggal dunia karena serangan jantung," katanya beberapa jam sesudah peristiwa itu.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2009